Negosiasi Dua Malam di Tengah Hutan Demi Bawa Pulang Balita Bilqis

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID — Proses penyelamatan Balita Bilqis, korban penculikan yang sempat dibawa hingga ke pedalaman Jambi, berlangsung dramatis dan penuh haru.

Tim gabungan kepolisian dari Makassar, Jawa Tengah, hingga Jambi harus menempuh perjalanan panjang dan melewati dua malam negosiasi di tengah hutan bersama masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) sebelum akhirnya Bilqis bisa dibawa pulang dengan selamat.

Kasus ini bermula dari rekaman CCTV yang viral di media sosial dan menjadi petunjuk awal bagi tim Satreskrim Polrestabes Makassar.

Dari penyelidikan, polisi menemukan pelaku pertama di Sukoharjo, Jawa Tengah, bernama NH, yang mengaku telah menjual Bilqis kepada seseorang di Jambi.

BACA JUGA:Terungkap! Peran 4 Pelaku Penculikan Balita Bilqis yang Dijual Rp 80 Juta di Jambi

BACA JUGA:SMPN 1 Tebing Tinggi Ukir Prestasi di Tingkat Provinsi, Kepala Sekolah Sri Yanti: Alhamdulillah, Membanggakan!

Dari situ, jejak Bilqis mengarah ke kawasan pedalaman Kabupaten Merangin, tempat Suku Anak Dalam bermukim.

“Kami harus menempuh perjalanan darat 16 jam dari Kerinci ke Merangin dan melakukan koordinasi intens dengan kepala adat Suku Anak Dalam. Mereka semula menolak menyerahkan Bilqis karena sudah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga,” ujar Kanit Reskrim Polsek Panakkukang, Iptu Nasrullah.

Proses negosiasi berlangsung alot. Tim yang dipimpin Ipda Supriadi Gaffar berulang kali membujuk tokoh adat SAD sejak Jumat hingga Sabtu malam.

Suasana menjadi emosional saat akhirnya warga SAD bersedia menyerahkan Bilqis.

“Banyak yang menangis. Bahkan Bilqis sempat meronta karena mengira orang yang merawatnya adalah ayahnya,” tutur Supriadi dengan nada haru.

BACA JUGA:Lapas Empat Lawang Gelar Pemeriksaan dan Pengobatan Kesehatan dalam Rangka Hari Bakti Kemenimipas ke-1 Tahun

BACA JUGA:Fakta Baru Kasus Penculikan Bilqis — Pelaku Utama Diduga Jual Anak Kandung Sendiri

Menurut Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Devi Sujana, operasi ini melibatkan koordinasi lintas provinsi, mulai dari Polda Sulsel, Polda Jateng, hingga Polda Jambi, serta dukungan tokoh masyarakat dan Dinas Sosial setempat.

Sumber: