Namun, saat media mendatangi lokasi, sekolah terlihat sepi tanpa aktivitas.
Upaya untuk mendapatkan keterangan melalui pesan WhatsApp juga tidak membuahkan hasil.
Pilkada Rembang 2024 mempertemukan dua pasangan calon: Vivit Dinarini Atnasari-Zainul Umam Nursalim (nomor urut 1) dan Harno-Moch Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) (nomor urut 2).
Paslon nomor 1 didukung oleh empat partai parlemen dan sembilan partai nonparlemen, sementara paslon nomor 2 diusung tujuh partai, termasuk Gerindra, Golkar, dan Demokrat.
Persaingan ketat ini rupanya turut memengaruhi dinamika sosial hingga ke ranah pendidikan.
Kasus ini menjadi sorotan tajam di tengah upaya membangun demokrasi yang sehat dan bebas intimidasi.
Kasus ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat. Banyak yang mempertanyakan, bagaimana mungkin pilihan politik bisa menjadi alasan seorang anak kehilangan hak pendidikan?
A menegaskan bahwa ia tetap berpegang teguh pada pilihannya meski harus menghadapi risiko besar.
"Beda pilihan itu wajar dalam demokrasi. Saya hanya ingin memilih sesuai hati nurani tanpa ada paksaan," pungkasnya.
BACA JUGA:Polda Sumsel Berikan Makanan Bergizi dan Susu Gratis untuk Siswa SLB YPAC Palembang
Apakah tindakan yayasan ini mencerminkan fenomena lebih luas di masyarakat, di mana tekanan politik merambah ke ranah privat, termasuk pendidikan?