"Video AI ini biasanya menyasar penonton yang lebih berusia dengan memalsukan identitas dokter yang kerap muncul di televisi," kata Henry Ajder, seorang pakar AI.
BACA JUGA:S.K. Trimurti: Pahlawan Nasional Wanita yang Jarang Diketahui
BACA JUGA:Rekrutmen KPPS di Kabupaten Empat Lawang Disambut Antusias Warga
Ancaman Nyata
Maraknya video deepfake ini bukan hanya sekadar hoaks belaka, tetapi juga memiliki dampak nyata bagi kesehatan masyarakat.
Banyak orang yang terbujuk untuk membeli produk-produk palsu yang diiklankan dalam video tersebut, tanpa menyadari risiko yang mengintai.
"Penipuan ini mengancam nyawa orang awam, khususnya pasien diabetes," tegas seorang pakar.
BACA JUGA:Mengapa Majapahit dan Sriwijaya Sering Dianggap Kerajaan, Padahal Kekaisaran?
BACA JUGA:Asal Usul Nama Melayu dan Misteri Maleu-kolon dalam Catatan Ptolemy
Upaya Penanggulangan
Para ahli kesehatan dan penegak hukum di berbagai negara telah berupaya untuk mengatasi masalah ini.
Beberapa dokter, seperti Michel Cymes dari Prancis dan Hilary Jones dari Inggris, telah mengambil tindakan hukum terhadap platform media sosial yang digunakan untuk menyebarkan video palsu tersebut.
Selain itu, para ahli teknologi juga terus mengembangkan alat-alat untuk mendeteksi dan memblokir video deepfake.
BACA JUGA:Apa Itu Londo Ireng? Simak Berikut Ulasanya
BACA JUGA:Pemdes Tanjung Kupang Baru Bangun Jalan Usaha Tani untuk Memudahkan Akses Petani
Namun, upaya ini masih terus berhadapan dengan tantangan yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan teknologi AI.