Ketika Soekarno ditangkap pada 29 Desember 1929 di Yogyakarta, Inggit tetap setia dan tidak pernah lelah memberikan semangat.
Ia bahkan menjadi perantara komunikasi antara Soekarno dan para aktivis pergerakan nasional.
Kesetiaan Inggit tak hanya terlihat dari dukungan emosionalnya, tetapi juga dari perjuangannya memastikan Soekarno tetap terhubung dengan dunia luar selama di penjara.
Namun, hubungan cinta yang tampak kokoh ini mulai goyah ketika Soekarno bertemu Fatmawati di Ende, Flores, pada 1933.
Setelah bebas pada 1942, Soekarno meminta izin kepada Inggit untuk menikahi Fatmawati dengan alasan ingin memiliki keturunan biologis.
Permintaan ini ditolak tegas oleh Inggit, yang tidak ingin dimadu. Akhirnya, Soekarno dan Inggit resmi bercerai pada 29 Januari 1943.
Akhir Kisah Inggit Garnasih
Setelah perceraian, Inggit meminta untuk kembali ke Bandung.
BACA JUGA:AWAS! Ada Bahaya di Balik Wifi Gratis, Bisa Terkuras Dompet Digital
BACA JUGA:Megalitik Desa Pulau Panggung: Temuan Lumpang Batu dan Arca Manusia di Bawah Naungan Kebun Kopi
Ia menghabiskan sisa hidupnya di sana hingga meninggal dunia pada 13 April 1984.
Inggit dimakamkan di TPU Caringin, Bandung, dan pada 1997-1998, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Untuk menghormati jasanya, rumah yang pernah ia tinggali kini dijadikan museum, dan sebuah jalan di Bandung dinamai Jalan Inggit Garnasih. **