RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Sebuah foto ikonik yang menampilkan Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Joice Hudyonoto mengenakan kebaya kutubaru dan kain batik tulis dengan motif "Kembang Kantil/Cempaka Mulya" telah menjadi sorotan.
Potret ini diambil pada tahun 1969 di Dalem Pracimayasa, Puro Mangkunegaran, oleh fotografer terkenal Burt Glinn.
Foto tersebut menggambarkan sosok anggun KRAy Joice Hudyonoto yang berdarah ningrat, sekaligus menggambarkan keindahan kebudayaan Jawa.
KRAy Joice Hudyonoto adalah putri dari Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Hamidjojo Santoso Notosuparto (BRM Santoso), yang merupakan adik dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VIII dan Gusti Raden Ayu (GRAj) Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani atau yang lebih dikenal dengan Gusti Nurul.
BACA JUGA:Simak Siapa Jayabhaya: Raja Panjalu di Masa Kejayaannya
BACA JUGA:Masuki Tahapan Verifikasi Berkas Bapaslon, Berapa Pasang Calon Walikota Pagaralam?
Namun, KRAy Joice lahir dari pernikahan kedua KPH Hamidjojo dengan seorang wanita keturunan Belanda, menjadikannya bagian dari keluarga ningrat dengan latar belakang budaya yang unik.
Dalam foto tersebut, KRAy Joice tampak anggun mengenakan kebaya kutubaru klasik yang dipadukan dengan kain batik tulis berlatar putih pethak. Motif batik "Kembang Kantil/Cempaka Mulya" yang ia kenakan melambangkan kemurnian dan keabadian, sangat sesuai dengan citra anggun perempuan Jawa.
Puro Mangkunegaran sendiri, tempat foto ini diambil, merupakan pusat kebudayaan dan sejarah penting di Solo.
Dalem Pracimayasa, tempat foto tersebut diabadikan, adalah bagian dari kompleks keraton yang sering digunakan untuk berbagai upacara penting dalam tradisi Mangkunegaran.
BACA JUGA:Pemandangan Horor dari Dasar Waduk Gajah Mungkur
BACA JUGA:Simak Siapa Jayabhaya: Raja Panjalu di Masa Kejayaannya
Kebaya kutubaru yang dikenakan KRAy Joice Hudyonoto mencerminkan keindahan mode tradisional Jawa yang elegan, sementara motif batik yang dikenakannya menunjukkan simbolisme budaya yang mendalam.
Foto ini tidak hanya menjadi pengingat akan masa lampau, tetapi juga menggambarkan keabadian nilai-nilai budaya yang terus hidup hingga kini. **