RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pada tahun 1546 M, sebuah peristiwa tragis mengguncang Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon.
Sultan Trenggana, pemimpin Kesultanan Demak, tewas secara tidak sengaja dalam sebuah upaya penyerangan ke Panarukan.
Peristiwa ini tidak hanya mengakhiri hidup sang sultan, tetapi juga memicu serangkaian huru-hara yang mengakibatkan terbunuhnya Pangeran Mohammad Arifin, yang dikenal sebagai Pangeran Pasarean dan menjabat sebagai Depati Cirebon.
Penyerangan ke Panarukan yang dipimpin oleh Sultan Trenggana melibatkan gabungan pasukan dari Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon.
Kesultanan Cirebon sendiri mengirimkan sekitar 7.000 prajurit dari wilayah Banten, Jayakarta, dan Cirebon.
BACA JUGA:Kontraktor Lokal Tewas Ditikam, Sebelumnya Terima Ancaman Pembunuhan dari Mantan Kades
BACA JUGA:7 Lagu Ini Wajib Didengar Buat Kamu yang Lagi Putus Cinta dan Galau
Di antara pasukan Cirebon, terdapat seorang penjelajah Portugis bernama Fernão Mendes Pinto.
Pinto yang sedang dalam perjalanan dagang dari Goa ke Tiongkok tiba di Banten pada 1 Oktober 1545 untuk membeli lada, namun terjebak di sana akibat kekurangan persediaan lada di pelabuhan Banten.
Selama masa tunggu tersebut, Pinto turut serta dalam ekspedisi militer ke Panarukan dan mencatat pengalamannya dalam buku Peregrinação
Setelah pengepungan selama tiga bulan, Sultan Trenggana mengadakan rapat dengan para adipati untuk merencanakan serangan lanjutan.
Dalam rapat tersebut, terjadi insiden yang menyebabkan kematian Sultan Trenggana.
BACA JUGA:Wow! Ada Promo Bagi Nasabah BRI Pekan Terakhir Agustus di Berbagai Kota, Palembang Juga Ada!
BACA JUGA:BURUAN! Kementerian ESDM Telah Luncurkan Program Konversi 1.000 Motor Listrik Gratis
Seorang anak dari Adipati Surabaya yang bertugas sebagai pelayan secara tidak sengaja gagal mendengarkan perintah Sultan, yang kemudian membuat sang Sultan marah dan memukulnya.