RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Tuban, salah satu kota tertua di Nusantara, dikenal memiliki berbagai situs bersejarah yang mencakup berbagai periode, mulai dari zaman Kerajaan Kahuripan yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 900-an, era Majapahit pada 1200-an, zaman Islam pada 1300-an, kolonial Belanda pada 1800-an, hingga masa pra-kemerdekaan pada 1900-an.
Kekayaan sejarah ini menjadikan Tuban sebagai tempat yang sangat penting untuk penelitian dan pelestarian budaya.
Namun, seiring dengan penemuan prasasti atau artefak bersejarah di Tuban, muncul pula masalah baru.
Publikasi tentang penemuan-penemuan ini sering kali mengundang tangan-tangan iseng yang merusak atau bahkan mencuri benda-benda bersejarah tersebut.
BACA JUGA:Asal Usul Nama Kota Palembang Yang Sekarang Terkenal Kota Pempek
BACA JUGA:Real Madrid Tanpa Empat Pemain Kunci untuk Laga Kedua Musim Ini
M. Hasyim, seorang dosen Seni Budaya di Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban, mengungkapkan bahwa banyak situs sejarah di Tuban yang ditemukan, dicatat, tetapi kemudian lenyap tanpa kejelasan nasibnya.
Menurut Hasyim, di daerah pinggiran Tuban masih banyak ditemukan prasasti yang utuh dan belum terjamah manusia.
Ia mencatat beberapa prasasti yang belum terdaftar di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan merasa enggan untuk mengeksposnya karena khawatir akan risiko kerusakan atau pencurian.
"Jika ada jaminan bahwa aset sejarah ini akan dijaga dan dirawat, saya akan menunjukkan semua lokasinya," ujarnya.
BACA JUGA:Real Madrid Tanpa Empat Pemain Kunci untuk Laga Kedua Musim Ini
BACA JUGA:Cleverley Puji Dukungan Fans Watford dalam Kemenangan 2-1 atas Derby County
Penelusuran yang dilakukan oleh Hasyim bersama peneliti dan arkeolog dari berbagai kota menunjukkan bahwa banyak situs sejarah di Tuban nyaris tanpa pengamanan.
Situasi ini sangat kontras dengan daerah lain seperti Mojokerto, di mana situs sejarah sekecil apa pun dianggap sebagai aset dan minimal dijadikan tempat wisata dengan perawatan yang jelas.
Minimnya kesadaran akan pentingnya pelestarian situs sejarah juga tercermin dari perilaku generasi milenial yang seringkali hanya memanfaatkan situs tersebut untuk berfoto tanpa mempedulikan kebersihan dan keaslian aset bangsa.