Begitu juga dengan BM Diah yang menggunakan percetakan Asia Raya untuk mencetak ratusan ribu eksemplar naskah proklamasi.
Selain media cetak, penyebaran berita proklamasi juga dilakukan melalui radio.
Syahrudin, seorang wartawan kantor berita Domei, segera mengirimkan salinan naskah proklamasi kepada Kepala Bagian Radio Domei, Waidan B Panelewen, yang kemudian meminta F Wuz, seorang petugas telekomunikasi, untuk menyiarkan berita proklamasi secara berulang.
Meski sempat dihentikan oleh tentara Jepang, penyiaran ini berhasil dilanjutkan melalui pemancar baru yang didirikan di Menteng 31.
BACA JUGA:Mengulik Suku Kalang Majapahit, Pasukan Sakti Penjaga Tanah Borneo
BACA JUGA:Tawuran Antar Warga Terjadi di Jalan Radial Palembang, Pos Pantau Polrestabes Kembali Dipertanyakan
Tidak hanya di Pulau Jawa, penyebaran berita proklamasi juga mencapai berbagai wilayah di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya.
Hal ini dimungkinkan berkat upaya tenaga sukarela yang secara aktif mengabarkan berita tersebut ke berbagai daerah.
Di sisi lain, penyiaran berita proklamasi melalui radio berhasil menembus batas internasional.
Jusuf Ronodipuro dari Radio Hosokioku di Gambir Barat menggunakan kesempatan ini untuk menyiarkan teks proklamasi hingga terdengar di Singapura dan negara-negara lainnya.
Penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 merupakan contoh nyata semangat juang dan kerja keras para pemuda, pekerja media, dan sukarelawan dalam menyampaikan pesan kemerdekaan kepada seluruh rakyat Indonesia dan dunia.
BACA JUGA:Ciri-Ciri Wanita yang Sedang Bermasalah dengan Pasangannya dan Cara Menawarkan Bantuan
BACA JUGA:Bocoran dari Psikolog! Berikut Ciri-Ciri Wanita yang Mudah Diselingkuhi
Upaya mereka memastikan bahwa berita kemerdekaan Indonesia dapat diketahui oleh semua lapisan masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri.