RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Sejarah adalah sebuah jejak pencapaian, sebuah mimpi yang diwujudkan melalui intrik politik, pedang, air mata, dan darah untuk menyatukan wilayah kepulauan di Asia Tenggara menjadi sebuah kesatuan yang kuat.
Dalam konteks Indonesia, Majapahit dan Singhasari adalah dua kerajaan yang memiliki peran penting dalam proses penyatuan Nusantara, yang kelak menjadi inspirasi bagi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Payung Dwipantara Singhasari dan Sumpah Palapa Majapahit adalah dua tonggak penting dalam sejarah penyatuan Nusantara.
Kedua kerajaan ini, meski berbeda era, memiliki semangat yang sama:
membentuk kekuatan besar dalam satu kesatuan agar dihormati dan disegani, baik oleh musuh dari dalam maupun luar.
BACA JUGA:HARU, Fauzan Khoiri Denin Bersama Forkopimda Serahkan Santunan kepada Veteran
BACA JUGA:KABAR DUKA! Kepala Dinas DPPA Muba, Endang Dwi Hastuti Tutup Usia
Proses penyatuan Nusantara yang dilakukan oleh Majapahit dan Singhasari tidaklah sempurna.
Ada banyak tragedi dan kejamnya penaklukan yang terjadi, seperti pembantaian Bubat, penaklukan Bali, Bangka, Palembang, Nansarunai, dan negeri-negeri Timur.
Hal ini menciptakan luka sejarah bagi mereka yang merasa leluhur dan wilayahnya ditaklukkan dalam misi penyatuan tersebut.
Sejarah memang mencatat bahwa di era kerajaan, kekuatan yang ditakuti akan memerintah, dan inilah yang membuat Majapahit memiliki haters hingga hari ini.
BACA JUGA:Tragedi Cinta Rara Mendut: Pemberontakan Hati di Bawah Bayang Mataram
BACA JUGA:Rusia Luncurkan Rudal jelajah dan Bom Udara ke Wilayah Ukraina, Dua Prajurit Ukraina Terluka
Namun, saat Hindia Belanda dianggap tidak mampu mengelola pemerintahan sendiri oleh kerajaan Belanda, sejarawan nasionalis seperti Muhammad Yamin mempelajari sejarah Majapahit dan Sriwijaya.
Ia menunjukkan bahwa di masa lalu, wilayah yang lebih luas dari Hindia Belanda saat itu pernah dikelola dengan baik oleh Majapahit.