RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Kisah cinta yang menyayat hati Roro Mendut dan Pronocitro menjadi salah satu legenda yang tak lekang oleh waktu dalam sejarah Nusantara.
Roro Mendut, seorang wanita muda nan jelita dari Kadipaten Pati, diboyong ke Mataram sebagai rampasan perang setelah Kadipaten Pati takluk di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram pada abad ke-17.
Sebagai hadiah atas kemenangan tersebut, Sultan Agung menghadiahkan seluruh rampasan perang, termasuk Roro Mendut, kepada Tumenggung Wiroguno, seorang panglima perang yang berjasa besar dalam penaklukan tersebut.
Namun, Roro Mendut bukanlah wanita yang mudah tunduk. Meskipun Wiroguno terpikat oleh kecantikannya dan berniat menjadikannya selir, Roro Mendut dengan tegas menolak.
BACA JUGA:Heri Amalindo: Bagaimana Mau Mundur, Maju Saja Belum!
BACA JUGA:Rusia Luncurkan Rudal jelajah dan Bom Udara ke Wilayah Ukraina, Dua Prajurit Ukraina Terluka
Keberanian dan keteguhan hati Roro Mendut yang menolak tunduk pada kehendak Wiroguno menghantam harga diri sang panglima.
Dalam usahanya untuk menundukkan Roro Mendut, Wiroguno menjatuhkan pajak yang sangat besar kepada wanita muda tersebut.
Namun, dengan kecerdikan dan keteguhan hati, Roro Mendut berhasil membayar pajak itu dengan cara yang tak terduga—mengisap dan menjual rokok linting di pasar.
Keunikannya adalah, semakin pendek batang rokok yang diisap, semakin mahal harga yang ditawarkannya.
BACA JUGA:Joncik Bagikan Hadiah ke Pemenang Lomba Menulis Surat
Di pasar, Roro Mendut bertemu Pronocitro, seorang pria tampan dan pemberani yang segera memikat hatinya.
Cinta mereka berkobar di tengah ancaman kekuasaan Wiroguno.
Pronocitro, dengan kecerdikan, berpura-pura menghamba kepada Wiroguno demi bisa mendekati Roro Mendut.