RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Perang Padri, atau lebih tepatnya Perang Candu, adalah salah satu babak penting dalam sejarah perjuangan rakyat Minangkabau.
Perang yang terjadi antara tahun 1803 hingga 1837 ini melibatkan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda sekaligus upaya pemberantasan peredaran candu di wilayah Minangkabau.
Konflik ini bermula ketika sejumlah ulama yang baru kembali dari Tanah Suci membawa ajaran Islam yang lebih ketat dan berusaha memberantas praktik-praktik yang dianggap bertentangan dengan agama, seperti perjudian, minuman keras, dan sabung ayam.
Gerakan ini dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh, yang menurut cerita sejarah resmi dikenal sebagai gerakan Padri.
BACA JUGA:Sejarah Sultan Nuku dari Tidore: Lord of Fortune Tak Terkalahkan
BACA JUGA:Pangeran Diponegoro: Pahlawan Nasional yang Berani Melawan Penjajah Belanda
Namun, versi lain yang diceritakan oleh kaum penghulu di Agam menyebut bahwa perang ini lebih tepat disebut sebagai "Perang Candu" karena candu yang diimpor dari India oleh Belanda menyebabkan kerusakan sosial yang meluas.
Kaum adat yang terdesak oleh gerakan Padri akhirnya meminta bantuan Belanda. Belanda, yang melihat peluang untuk memperluas pengaruhnya di Sumatera Barat, ikut campur dalam konflik ini.
Dalam versi "Perang Candu," Belanda tidak hanya menjadi pemasok candu, tetapi juga mendukung kelompok-kelompok adat tertentu untuk memperkuat cengkeraman kolonial mereka di Minangkabau.
Hal ini menyebabkan konflik semakin membara ketika para penghulu adat yang anti-candu mulai bergabung dengan gerakan surau yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh.
BACA JUGA:Kisah Legendaris Si Pahit Lidah di Tanah Sumatera Selatan
BACA JUGA:Overtourism Ancam Bruges Belgia
Setelah bertahun-tahun peperangan, kekuatan kaum Padri dan adat mulai melemah.
Pada tahun 1837, Benteng Bonjol, pusat pertahanan terakhir kaum Padri, jatuh ke tangan Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol ditangkap serta diasingkan.
Perang ini meninggalkan warisan penting dalam sejarah Indonesia, menjadi simbol persatuan di tengah perbedaan, dan memperkuat semangat nasionalisme.