RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Ketika berbicara tentang peristiwa yang mengubah dunia, sulit untuk mengabaikan tragedi pemboman atom Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II.
Dua serangan ini tidak hanya menewaskan ratusan ribu orang dalam sekejap, tetapi juga mengubah arah sejarah, membawa dampak yang mendalam pada politik global, perlombaan senjata, dan persepsi kita tentang kekuatan destruktif manusia.
Pada saat pemboman, Perang Dunia II telah berlangsung selama lebih dari lima tahun, dengan jutaan nyawa melayang di medan perang, kota-kota yang hancur, dan banyak bangsa yang dilanda penderitaan.
BACA JUGA:Kisah Cinta Raden Wijaya dan Gayatri di Tepi Sungai: Momen Kemesraan Sang Raja Majapahit
BACA JUGA:Kisah Pilu di Balik Benteng Pendem Cilacap yang Terpendam
Pada bulan Agustus 1945, perang di Eropa telah berakhir, namun konflik di Pasifik masih berkecamuk.
Untuk memaksa Jepang menyerah dan mengakhiri perang secepat mungkin, Amerika Serikat mengambil keputusan untuk menggunakan senjata nuklir, teknologi baru yang hingga saat itu hanya diketahui oleh sedikit orang.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, pesawat B-29 Enola Gay menjatuhkan bom atom pertama, yang dijuluki "Little Boy", di kota Hiroshima.
Ledakan tersebut menghasilkan panas yang sangat tinggi, ledakan hebat, dan radiasi mematikan yang menewaskan sekitar 140.000 orang dalam beberapa bulan pertama setelah serangan.
BACA JUGA:Sejarah Benteng Pendem: Saksi Bisu Pertempuran di Cilacap
BACA JUGA:Kisah Sejarah dan Budaya Bangsa Apache
Tiga hari kemudian, pada 9 Agustus, bom kedua yang diberi nama "Fat Man" dijatuhkan di Nagasaki, menewaskan sekitar 70.000 orang.
Hiroshima dan Nagasaki menjadi saksi kehancuran total.
Ribuan orang tewas seketika, dan mereka yang selamat seringkali mengalami luka parah dan menderita efek radiasi yang mengerikan, seperti kanker dan penyakit kronis lainnya.
Kota-kota tersebut menjadi lautan puing-puing, dengan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur publik yang hancur.