DI PULAU SULAWESI, terdapat sebuah negeri yang dikenal dengan nama Luwu, dipimpin oleh seorang raja bijaksana bernama La Busatana Datu Maongge, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Luwu.
Di bawah pemerintahannya, rakyat Luwu hidup makmur dan damai, sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan.
Datu Luwu memiliki seorang putri yang cantik jelita, Putri Tandampalik, yang kecantikannya telah tersebar hingga ke negeri Bone yang letaknya jauh.
Raja Bone yang mendengar kecantikan Putri Tandampalik, mengirimkan utusannya untuk melamar putri tersebut.
BACA JUGA:Asal Usul Angling Darma: Legenda dan Kisah Bijaksana dari Pulau Jawa
BACA JUGA:Legenda Tiga Bersaudara di Bukit Fafinesu Nusa Tenggara Timur
Meskipun adat istiadat Luwu melarang pernikahan antar-negeri, Datu Luwu bingung.
Ia takut akan terjadinya perang yang akan menyengsarakan rakyatnya, sehingga ia memutuskan menerima lamaran tersebut, dengan harapan bisa menghindari konflik.
Namun, tak lama setelah utusan Raja Bone pergi, negeri Luwu diguncang musibah.
Putri Tandampalik jatuh sakit dengan kondisi tubuhnya mengeluarkan cairan kental berbau anyir.
BACA JUGA:Asal Mula Bukit Catu Bali
BACA JUGA:Legenda Bersatunya Pulau Andalas
Para tabib istana menyatakan penyakit tersebut sangat berbahaya dan menular.
Untuk melindungi rakyatnya, Datu Luwu memutuskan mengasingkan putrinya ke sebuah pulau yang tak berpenghuni, diiringi kesedihan mendalam dan berat hati.
Dalam perjalanan mengarungi lautan, Putri Tandampalik bersama beberapa pengawalnya menemukan pulau yang indah, yang kemudian dinamakan Pulau Wajo.