Mengulik Kisah Pelarian Pangeran Senopati: Membangun Hunian Baru di Cibarusah

Jumat 26-07-2024,10:32 WIB
Reporter : Andika
Editor : Andika

Nama Cibarusah sendiri diyakini berasal dari bahasa Sunda "Cai Baru Sah".

Dikisahkan bahwa ketika masjid telah didirikan, jemaah kesulitan mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat sah untuk bersuci sebelum menunaikan sholat.

Ketika pencarian sumber air berhasil menemukan air bersih, salah satu ulama yang menyertai Pangeran Senopati berujar dalam bahasa Sunda, "Nah ieu' CAI’ BARU SAH," yang berarti "Nah ini airnya baru sah," maksudnya sah secara syar’i untuk keperluan bersuci.

BACA JUGA:Jepang Kerepotan Terjadi Potensi Besar Penurunan Populasi, Berikut Ini yang Dilakukan Pemerintahnya!

BACA JUGA:Risiko Peningkatan Konflik China - Taiwan di Bawah Kepemimpinan Lai Ching-te

Kalimat "CAI’ BARU SAH" itulah yang kemudian menjadi CI BARU SAH. Sementara nama kampung ‘Babakan’ berasal dari kata ‘Bukbak’ dalam bahasa Sunda yang berarti membersihkan.

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Pangeran Senopati terbuat dari kayu jati yang melimpah di kawasan tersebut.

Tak jauh dari masjid, dibangun sebuah kolam penampung air bersih berukuran sekitar 20x30 meter untuk menampung air yang dialirkan dari sumbernya menggunakan pipa-pipa bambu dan saluran yang dibangun secara bergotong royong.

Riwayat tutur menyangkut sejarah masjid ini terputus sampai di situ.

Hingga kini, keturunan Pangeran Senopati masih ada di Kampung Babakan Cibarusah (KBC), dan keluarga beliau dapat dikenali dengan gelar ‘Raden’ yang disematkan kepada nama mereka masing-masing.

BACA JUGA:Keindahan Alam Taman Nasional Bunaken di Manado

BACA JUGA:Keindahan Misterius Danau Linow di Sulawesi Utara

Pangeran Senopati wafat dan dimakamkan di Kampung Babakan Cibarusah, dikenal dengan sebutan Makam Embah Uyut Sena. 

 

Kategori :