RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pulau Socotra di Yaman telah lama dianggap sebagai tanah misteri. Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai tempat alien atau markas persembunyian Dajjal.
Dalam keyakinan umat Islam, Dajjal dikatakan bersembunyi di sebuah tempat rahasia di muka Bumi hingga waktu kemunculannya, yang merupakan salah satu tanda kiamat.
Banyak yang mempercayai jika tempat persembunyian Dajjal berada di Pulau Socotra.
Pulau ini dipercaya sebagai tempat alien atau persembunyian Dajjal karena memiliki berbagai kisah aneh, seperti pohon yang menghasilkan cairan mirip darah hingga keberadaan hutan kemenyan.
BACA JUGA:Eksplorasi Keindahan Jawa Barat: Alam, Budaya, dan Sejarah
Keindahan dan Keunikan Flora dan Fauna
Terlepas dari berbagai kisah misteri, Pulau Socotra menyimpan keindahan luar biasa dan memiliki aneka jenis spesies flora dan fauna unik yang tidak bisa ditemukan di berbagai belahan dunia manapun selain di pulau ini.
Keunikan ekosistemnya menjadikan Socotra sebagai salah satu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi oleh para ilmuwan dan pencinta alam.
Riwayat Peperangan
Pulau Socotra juga memiliki riwayat peperangan yang panjang. Salah satu buktinya adalah ditemukannya benteng Jebel Hawari.
Benteng ini konon menyingkap kisah pergolakan yang berlangsung lebih dari seribu tahun.
BACA JUGA:Menggali Keindahan Alam dan Kekayaan Budaya Maluku
Seorang arkeolog, Julian Jansen van Rensburg, pernah meneliti soal benteng tersebut dan mengungkap bahwa benteng ini diduga berasal dari abad ke-8 Masehi, menjadikannya salah satu benteng era Islam terakhir yang tersisa di pulau tersebut.
Socotra atau Soqatra (dalam bahasa Arab), seperti dikutip dari The National News, adalah tempat pertempuran berdarah pada tahun 1507.
Perang itu terjadi antara penjajah Portugis dan para pembela yang setia kepada Syekh Mahri dari Qishn, di pantai timur Yaman, dekat Oman. Dr. Van Rensburg, yang telah menghabiskan 20 tahun mempelajari arkeologi dan warisan Socotra, menyatakan, "Kronik sejarah cukup jelas. Itu adalah pertarungan berdarah dan kekerasan. Akan sangat sulit bagi Portugis untuk merebut benteng itu."