Salah satu tragedi besar yang menimpa patung-patung ini adalah penghancuran mereka oleh Taliban pada Maret 2001.
Taliban menganggap patung-patung ini sebagai berhala yang bertentangan dengan ajaran Islam dan memutuskan untuk menghancurkannya meskipun ada protes dan upaya internasional untuk melindunginya.
Penghancuran ini memicu kecaman global dan menyoroti ancaman terhadap warisan budaya dunia akibat ekstremisme.
Meskipun telah hancur, reruntuhan dan jejak patung-patung ini masih menjadi saksi bisu akan sejarah dan keindahan yang pernah ada.
4. Upaya Pelestarian dan Rekonstruksi.
Setelah penghancuran, berbagai organisasi internasional, termasuk UNESCO, telah berupaya untuk melestarikan dan merekonstruksi situs Bamiyan.
Proyek-proyek ini melibatkan penelitian arkeologi, dokumentasi, dan konservasi reruntuhan yang tersisa.
BACA JUGA:Mengukir Prestasi: Nova Liana, Juara Miss Mega Bintang Indonesia 2024 dari Empat Lawang
Selain itu, teknologi modern seperti pemodelan 3D telah digunakan untuk menciptakan rekonstruksi digital patung-patung yang hancur, memberikan gambaran kepada generasi mendatang tentang bagaimana patung-patung ini terlihat pada masa kejayaannya.
Meskipun rekonstruksi fisik penuh masih menjadi tantangan besar, upaya ini menunjukkan komitmen global untuk melindungi dan merayakan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Patung Buddha Bamiyan adalah simbol keagungan sejarah dan kebudayaan yang telah bertahan melalui berbagai tantangan.
Meskipun telah mengalami kehancuran, kisah mereka terus hidup dan menginspirasi upaya pelestarian budaya di seluruh dunia. (*)