Uniknya, rumah-rumah di Pulau Bungin dibangun di atas pondasi yang terbuat dari tumpukkan terumbu karang yang sudah mati, bukan batu atau tanah.
Tradisi ini merupakan warisan nenek moyang yang masih dipertahankan hingga kini.
Wisatawan yang berkunjung mungkin beruntung dapat melihat proses pembangunan rumah yang berbeda dari biasanya.
4. Mayoritas Bekerja sebagai Nelayan.
Sekitar 80% penduduk Pulau Bungin bekerja sebagai nelayan.
BACA JUGA:Seni Sebagai Terapi: Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental
Setiap rumah memiliki perahu motor pribadi yang digunakan untuk menangkap ikan atau lobster.
Anak-anak di pulau ini sudah terbiasa membantu orang tua mereka dengan menyelam dan berburu ikan sejak dini, sehingga keahlian mereka dalam menjelajah lautan sangat tinggi.
5. Kelezatan Kuliner Seafood.
Meskipun tidak memiliki pesisir pantai, Pulau Bungin terkenal dengan kuliner seafood yang lezat.
Ada berbagai hidangan laut dengan rasa gurih, asin, dan pedas yang bisa dinikmati.
Resto apung di pulau ini menawarkan pengalaman unik, di mana wisatawan bisa memilih ikan segar dari kolam penangkaran untuk dimasak di tempat dengan harga yang terjangkau.
BACA JUGA:Seni Sebagai Terapi: Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental
6. Ritual Toyah.
Ritual Toyah adalah upacara adat masyarakat Suku Bajo di Pulau Bungin untuk memperkenalkan bayi yang baru lahir pada dunia bahari.
Upacara ini diyakini membuat anak-anak pandai menyelam dan berburu hasil laut, sehingga sebagian besar masyarakat desa ini bekerja sebagai nelayan atau membuka usaha keramba ikan.