Menolak tawaran makanan juga dapat dianggap sebagai menolak roh atau jiwa yang ada dalam makanan tersebut, yang dapat menimbulkan kemarahan atau dendam dari roh atau jiwa tersebut.
Akibatnya, menolak tawaran makanan dapat membuka pintu bagi kesialan.
Kesialan dapat berupa penyakit, kemalangan, kegagalan, atau bencana yang menimpa diri sendiri, keluarga, atau masyarakat.
Kesialan juga dapat berupa gangguan atau hambatan dalam mencapai tujuan atau cita-cita.
Kesialan ini dianggap sebagai hukuman atau balasan dari Tuhan, alam, atau roh yang tersinggung.
Dampak Sosial
Mitos menolak tawaran makanan memiliki dampak sosial yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat Melayu Babel.
BACA JUGA:Hujan Lebat Intai Sumsel Sepekan Mendatang
Mitos ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku, sikap, dan nilai-nilai sosial yang dianut oleh masyarakat Melayu Babel.
Mitos ini juga menjadi salah satu faktor yang memperkuat identitas dan solidaritas masyarakat Melayu Babel.
Mitos ini mempengaruhi perilaku masyarakat Melayu Babel dalam hal menerima dan memberi makanan.
Masyarakat Melayu Babel cenderung untuk tidak menolak tawaran makanan dari orang lain, meskipun mereka mungkin tidak lapar, tidak suka, atau tidak tahu apa yang ditawarkan.
BACA JUGA:Dirjen Dukcapil Puji Pelayanan Adminduk di Muaraenim
Mereka juga cenderung untuk selalu menawarkan makanan kepada orang lain, meskipun mereka mungkin tidak memiliki banyak, tidak mengenal, atau tidak dekat dengan orang yang ditawari.
Mitos ini juga mempengaruhi sikap dan nilai-nilai sosial yang dianut oleh masyarakat Melayu Babel.