Agresi Militer Belanda I dan II: Perjuangan dan Pengorbanan di Sumatera Barat
RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Agresi militer Belanda pertama, yang berlangsung dari Juli hingga Agustus 1947, menggoreskan luka di Sumatera Barat.
Kota Padang menjadi saksi peristiwa kekerasan yang merenggut nyawa Bagindo Aziz Chan, seorang wali kota Padang yang gigih mempertahankan wilayahnya dari tindakan Belanda.
Pengorbanannya diakui dengan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
BACA JUGA:Pendudukan Jepang di Sumatera Barat: Kemitraan dan Transformasi Militer
Agresi militer Belanda kedua pada Desember 1948 melibatkan serangan ke Yogyakarta, ibu kota Indonesia.
Belanda berhasil menguasai pusat pemerintahan dan menangkap tokoh-tokoh penting seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir.
Ini mengakibatkan lumpuhnya pemerintahan Indonesia, dan Sjafruddin Prawiranegara mendirikan pemerintahan darurat di Sumatera Barat dengan ibu kota Bukittinggi.
BACA JUGA:Masa Politik Sumatera Barat pada 1930-an: Perkembangan Partai Politik dan Penumpasan
Sumatera Barat menjadi pusat perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda II, menjadikannya target utama penyerangan.
Terjadi peperangan dan pengeboman yang merenggut banyak nyawa, baik dari pejuang maupun masyarakat sipil. "Peristiwa Situjuah" mencatatkan kehilangan pemimpin seperti Khatib Sulaiman, Arisun Sutan Alamsyah, Munir Latief, dan banyak lainnya.
BACA JUGA:Minangkabau dalam Hikayat Raja-raja Pasai
Masa tersebut mengukir sejarah perjuangan dan pengorbanan yang tetap dikenang dalam memori kolektif Sumatera Barat.***