RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Kabupaten Blora, yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, memiliki sejarah yang kaya dan dipengaruhi oleh berbagai peristiwa sepanjang waktu.
Asal-usul nama Blora, diyakini berasal dari "BELOR," kata dalam cerita rakyat yang merujuk pada lumpur.
BACA JUGA:Nama-nama 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Berikut Ibukota, Luas dan Jumlah Penduduknya
Evolusi bahasa membentuk "mbelor," yang kini dikenal sebagai Blora, memiliki etimologi dari "WAI + LORAH," yang artinya air dan tanah rendah.
Pada abad XVI, Blora berada di bawah Kadipaten Jipang dan kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Pajang setelah pusat pemerintahan dipindah ke Pajang oleh Jaka Tingkir.
BACA JUGA:Misteri Sumur Minyak Belanda dan Penunggu Gaib di Desa Plosorejo, Blora
Seiring berjalannya waktu, Blora menjadi wilayah Kerajaan Mataram setelah Pajang direbut oleh Mataram.
Pada tahun 1727-1755, Mataram mengalami pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi.
Blora turut dikuasai, dan setelah perjanjian Giyanti tahun 1755, Blora berada di bawah Kasultanan sebagai bagian dari Kasunanan Surakarta.
Dikenal dengan hutan jatinya yang melimpah, Blora memiliki peran penting dalam pemerintahan pusat Kerajaan sejak zaman Pajang hingga Mataram.
BACA JUGA:Penamaan Cepu: Memahami Jejak Sejarah Daerah Berkecukupan Minyak dan Gas Bumi di Blora
Pada 11 Desember 1749, Blora resmi menjadi Kabupaten, dengan Wilatikta menjadi Bupati pertamanya.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, petani Blora melancarkan perlawanan terhadap penjajahan.
Pemberontakan ini dipelopori oleh Samin Surasentiko, seorang petani Blora.
Gerakan Samin bersifat protes pasif, menentang ketidakadilan terkait pajak, perubahan pola pemakaian tanah, dan pembatasan hasil hutan dengan harapan akan masa depan yang lebih makmur.