Babad Banyumas adalah sebuah naskah yang khusus menceritakan tentang sejarah Kabupaten Banyumas.
Babad Banyumas sendiri memiliki beberapa versi, yang berbeda-beda dalam hal penulis, waktu, dan isi. Beberapa versi yang terkenal adalah versi Kalibening, Mertadiredjan, Jayawinata, Adimulya, Wirjaatmadjan, dan Danuredjan.
Versi-versi ini memiliki kesamaan dalam hal garis besar sejarah, namun memiliki perbedaan dalam hal detail dan penafsiran.
Asal-usul Nama Banyumas
Nama Banyumas berasal dari sebuah legenda yang berkaitan dengan turunnya hujan di daerah ini.
Legenda ini diceritakan dalam Babad Banyumas versi Kalibening, yang ditulis oleh Raden Ngabehi Kalibening pada tahun 1803.
Menurut legenda ini, sebelum dikenal sebagai Banyumas, daerah ini dulu dikenal dengan beberapa nama, seperti Selarong dan Wirasaba.
Nama Selarong diyakini berasal dari dua kata, yaitu Saila yang artinya gunung, dan rong yang artinya celah.
BACA JUGA:Diluar Nalar Logika, Ini Sejarah dan Misteri Antu Banyu di Kalimantan, Ternyata Begini
Nama ini disematkan sesuai dengan letak daerah ini yang dikelilingi oleh gunung dan bukit.
Merujuk pada primbon Jawa, daerah yang dikelilingi oleh gunung dan bukit ini disebut dengan sangsang buwana atau kawua katubing kala.
Artinya, masyarakat yang tinggal di daerah ini akan menjadi orang yang disegani, dicintai, dan menjadi kepercayaan orang-orang lain.
Nama Banyumas sendiri erat kaitannya dengan cerita rakyat yang berkembang di daerah ini.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dan Misteri Antu Banyu Sungai Musi Palembang, Benarkah Selalu Memakan Tumbal?