Selain itu ia juga menulis buku dan membuat film dokumenter yang membantu meningkatkan kesadaran akan bahaya penangkapan ikan berlebihan dan polusi laut.
BACA JUGA:Mahasiswa ITB Diduga Joki CPNS Kejaksaan, Terkait dengan Pejabat Pemprov Lampung
Namun perannya yang paling terkenal adalah saat ia memimpin tim aquanaut perempuan pertama untuk melakukan ekspedisi bawah laut pada tahun 1970.
Ekspedisi itu merupakan bagian dari eksperimen Tektite II yang merupakan proyek untuk menjelajahi laut dan menguji kelangsungan habitat perairan serta dampak kesehatan dari tinggal lama di struktur bawah air.
BACA JUGA:Kajati Lampung Menegaskan Pelaku Joki Tes CPNS Bukan Pegawai Kejaksaan
Ekspedisi itu memakan waktu dua minggu, Earle akhirnya menyaksikan secara langsung dampak dari pencemaran terhadap terumbu karang.
Hal ini sebagai sejarah karena saat ini perempuan akhirnya memasuki bidang yang biasanya dikelola laki-laki.
BACA JUGA:Puluhan Warga Terdampak Longsor di Desa Pengaturan Muba Dibangunkan Rumah Gratis
5. Wangari Maathai
Politisi Kenya dan aktivis lingkungan Wangari Maathai adalah perempuan kulit hitam Afrika pertama yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2004.
Maathai termotivasi oleh gagasan bahwa perempuan desa dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan lingkungan dengan menanam pohon.
BACA JUGA:Terlibat Penyalahgunaan Narkoba, Jamari Ditangkap di Pondok Kebun Jagung
Pada tahun 1977, ia mendirikan Gerakan Sabuk Hijau yang berfokus pada konservasi lingkungan, penanaman pohon, dan hak-hak perempuan. Tahun 2023, gerakan ini telah menanam lebih dari 50 juta pohon.
Maathai juga seorang pembela hak asasi manusia, pencegahan AIDS, dan isu-isu perempuan.
BACA JUGA:Orang Hebat di Balik Gemerlap Emas Monas: Teuku Markam
Ia sering menyampaikan keprihatinannya pada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).