Ayahnya sering menikah lagi demi mendapatkan seorang anak laki-laki yang bisa menjadi penerus tahta.
Raja Henry VIII sangat khawatir bahwa keturunannya tidak akan dapat mempertahankan takhta jika dia tidak memiliki anak laki-laki.
Meskipun demikian, Mary adalah seorang anak yang cerdas dan mendapat pendidikan yang baik dari ibunya.
Mary akhirnya menjadi Ratu Inggris dengan gelar Mary I pada tahun 1553 dan dikenal sebagai pemimpin yang kejam.
BACA JUGA:5 Mobil Termahal di Dunia, Harga Tembus Hingga Miliaran Rupiah!
Ia dengan keras memulihkan agama Katolik sebagai agama utama di Inggris dan menghukum dengan keras orang-orang Protestan yang menentangnya dengan cara yang mengerikan, termasuk pembakaran di tiang pancang.
Menurut majalah Smithsonian, jumlah orang Protestan yang dibakar hidup-hidup mencapai 280 orang.
Itulah sebabnya Mary dikenal sebagai 'Bloody Mary'. Mary meninggal dunia pada 17 November 1558 di St. James Palace, London. (Pad)