Pengorbanan Anak dalam Praktik Keagamaan: Amoral dan Kejam
RAKYATEMPATLAWANH.DISWAY.ID - Praktik keagamaan telah menjadi landasan moral bagi banyak komunitas sepanjang sejarah.
Namun, di tengah tradisi dan keyakinan yang dijunjung tinggi, terdapat fenomena yang mencengangkan dan kontroversial: pengorbanan anak.
Tindakan yang seharusnya mengakar dalam kebaikan dan spiritualitas, malah terkait dengan amoralitas dan kekejaman.
BACA JUGA:6 Pengepungan Bersejarah yang Mengguncang Peradaban Manusia
Dalam konteks ini, perdebatan tentang keberadaan dan keabsahan pengorbanan anak sebagai bagian dari praktik keagamaan mencuatkan pertanyaan mendalam tentang batasan moralitas, hak asasi manusia, dan konflik antara kebebasan beragama dan nilai-nilai universal kemanusiaan.
Artikel ini akan menjelajahi latar belakang, kontroversi, dan implikasi dari fenomena yang memicu perdebatan moral yang mendalam ini.
Jika kita melirik ke masa lalu, sejarah telah mencatat beberapa peradaban dengan praktik keagamaan yang seringkali terbilang amoral dan tidak berperikemanusiaan.
BACA JUGA:Gunung Padang, Situs Megalitikum yang Menakjubkan di Indonesia, Simak Disini.!
Seiring berjalannya waktu, sejumlah masyarakat kuno telah melakukan pengorbanan manusia sebagai bagian dari ritual keagamaan mereka.
Dari Mesopotamia hingga Mesoamerika, lima peradaban kuno ini terkenal melakukan pengorbanan anak sebagai bagian dari praktik keagamaan mereka.
BACA JUGA:Gunung Padang: Situs Megalitikum yang Menakjubkan di Indonesia, Luar Biasa!
1. Babilonia:
Dalam sejarah Babilonia, masyarakat sering melakukan pengorbanan manusia untuk memenuhi tuntutan dewa utama mereka, Marduk, dan dewa lain seperti Anu.
Festival tahunan di Babilonia menjadi momen di mana anak-anak dikorbankan kepada Dewa Anu.