Ia merasa jijik dan marah melihat pengemis tersebut, dan memaki-makinya dengan kasar.
Ia mengatakan bahwa pengemis tersebut adalah sampah masyarakat yang tidak berguna dan malas.
Pengemis tersebut tidak marah, tetapi malah tersenyum.
Ia berkata bahwa ia adalah seorang sakti yang sedang menguji hati sang Saudagar.
BACA JUGA:Gunung Padang, Peninggalan Megalitikum Terbesar di Asia Tenggara
Ia menyebutkan bahwa sang Saudagar telah berbuat banyak dosa dan zalim kepada orang lain, dan bahwa ia akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Ia mengucapkan selamat tinggal kepada sang Saudagar, dan berjalan pergi.
Keesokan harinya, sang Saudagar terbangun dengan kedua kakinya lumpuh.
Ia merasa kesakitan dan ketakutan. Ia mencoba mencari pertolongan dari tabib-tabib terkenal, tetapi tidak ada yang dapat menyembuhkannya. Ia merasa putus asa dan menyesal atas perbuatannya.
BACA JUGA:Gunung Padang: Misteri Situs Megalitikum di Jawa Barat
Pengemis berkaki pincang muncul kembali di depan pintu rumahnya. Ia memberitahu sang Saudagar bahwa ia dapat disembuhkan jika ia mau merubah perilaku sombong dan kikirnya.
Ia juga memberikan syarat untuk kesembuhan sang Saudagar: pergi ke Gunung Karang untuk bertapa selama tujuh hari tujuh malam, dan memberikan setengah dari kekayaannya kepada orang miskin.
Sang Saudagar setuju dengan syarat tersebut, meskipun ia merasa berat untuk melepaskan kekayaannya.
Ia pergi ke Gunung Karang dengan susah payah, dibantu oleh beberapa pelayannya.
BACA JUGA:Serai Wangi Tumbuhan Ajaib yang Bermanfaat Bagi Kesehatan Anda
Di sana, ia bertapa dengan tekun, memohon ampun kepada Tuhan atas dosa-dosanya.