Andung, meski merasa tergerak untuk merantau, awalnya ragu karena tak ingin meninggalkan ibunya sendiri.
Namun, saat kehidupan mereka semakin sulit, Andung akhirnya meminta izin ibunya dan memutuskan untuk pergi merantau.
Setelah merantau dan menemui berbagai pengalaman, Andung akhirnya tiba di Kerajaan Basiang.
Di sana, dia menjadi terkenal karena keahliannya dalam pengobatan.
Sang Raja akhirnya memintanya untuk menyembuhkan putrinya yang sakit parah.
Dengan doa dan bantuan kalung pemberian kakek yang pernah dia selamatkan, Andung berhasil menyembuhkan sang Putri.
Sebagai imbalan atas kesembuhannya, Andung dinikahkan dengan sang Putri, dan mereka hidup bahagia bersama.
Namun, saat sang Putri mengidamkan buah kasturi dari Pulau Kalimantan, Andung memilih untuk pergi mencarinya tanpa ingin bertemu dengan ibunya, yang telah menjadi tua renta.
BACA JUGA:Penemuan Air dalam Jumlah Besar di Bawah Lapisan Es Antartika Barat
Saat ibunya mencoba mendekatinya, Andung dengan kasar menolaknya. Saat itulah, bencana datang.
Hujan lebat, petir, dan badai membalas perbuatan buruk Andung, mengubahnya menjadi batu yang mirip dengan bangkai manusia.
Gunung Batu Bangkai, tempat peristiwa itu terjadi, hingga kini menjadi saksi bisu dari kisah ini.
Legenda Gunung Batu Bangkai mengingatkan kita akan pentingnya penghormatan terhadap orang tua, kebaikan hati, dan karma.
BACA JUGA:Tangkapan Foto Satelit Badan Antariksa Eropa Menunjukkan 40 Persen Pencairan Lapisan Es di Antartika
Ini juga mencerminkan keunikan budaya dan kearifan lokal masyarakat di Kalimantan Selatan, yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. (*)