Keraton Merapi ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat, diperintah oleh dua kakak beradik, yaitu Empu Rama dan Empu Permadi.
Mereka, sebagai Kepala Negara, mendelegasikan kekuasaan mereka kepada seorang pemimpin spiritual bernama Kyai Sapu Jagad, yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi.
Selain Kyai Sapu Jagad, terdapat tokoh lainnya seperti Kartadimeja, yang memiliki tanggung jawab untuk merawat ternak keraton dan memimpin pasukan makhluk halus.
Kartadimeja juga merupakan sosok yang dicintai oleh penduduk, karena sering memberi tahu kapan Merapi mungkin meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri.
BACA JUGA:WOW! Honda Jual Motor Ini Lebih Murah dari Honda BeAT
Legenda Nyi Gadung Melati
Menurut legenda, Nyi Gadung Melati awalnya hidup bersama anak semata wayangnya, Nini Kelabang Retno.
Anaknya menginginkan taman yang asri, dan dia membuat sayembara, siapa pun yang bisa membuat aliran air dan menjadikan pekarangannya indah, akan menjadi menantu untuk anaknya yang cantik, Nini Kelabang Retno.
Akhirnya, datanglah Ki Ageng Sukuh, yang mampu menyelesaikan tugas ini.
BACA JUGA:Hyundai Ioniq 5 Pimpin Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Meskipun Harganya Lebih Tinggi
Namun, sayangnya, Nyi Gadung Melati ingkar janji karena melihat bahwa Ki Ageng Sukuh sudah tua. Ki Ageng Sukuh menjadi murka dan mengutuknya menjadi patung.
Meskipun begitu, banyak warga yang percaya bahwa Nyi Gadung Melati masih berada di sekitar Gunung Merapi meskipun tidak terlihat.
Gunung Merapi, dengan keangkeran dan kekuatannya yang luar biasa, bukan hanya menjadi sebuah ikon alam yang memukau di Indonesia, tetapi juga menopang kehidupan di sekitarnya.
Di balik keindahan dan ketakutan yang melingkupinya, ada sebuah makhluk mitologi yang dihormati dan diyakini oleh masyarakat sekitar, yaitu Nyi Gadung Melati.
BACA JUGA:Nissan Kicks e-POWER, Sensasi Berkendara Tanpa Charging
Dalam menjaga kesuburan tanah dan binatang ternak, Nyi Gadung Melati tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan di lereng Gunung Merapi, memastikan bahwa manusia dan alam tetap hidup berdampingan dengan harmonis. (*)