"Sementara dunia Mediterania barat memasuki zaman kegelapan pada abad kedelapan, salah satu kerajaan terbesar di dunia muncul di peta Asia Tenggara. Selama lebih dari 300 tahun, penguasa Sriwijaya mengendalikan jalur perdagangan antara Timur Tengah dan kekaisaran Cina. Sriwijaya menjadi persimpangan internasional untuk produk terbaik zaman itu dan penguasanya mengumpulkan kekayaan legendaris," kata Kingsley.
Selain itu, Kingsley juga mencatat bahwa dari perairan dangkal muncul emas dan permata berkilauan yang identik dengan kerajaan yang sangat kaya ini, mulai dari alat perdagangan hingga senjata perang dan peninggalan agama.
Dari kuil-kuil yang hilang, muncul patung-patung Buddha perunggu dan emas, pengetuk pintu kuil perunggu bergambar wajah iblis Kala, dalam legenda Hindu kepala mitos Rahu yang mengaduk lautan untuk membuat ramuan keabadian.
Lonceng biarawan perunggu dan cincin upacara emas bertatahkan batu rubi dan dihiasi dengan tongkat vajra emas bercabang empat, yang merupakan simbol Hindu untuk petir, senjata pilihan dewa.
Dilansir dari Daily Mail, Sumatera pada masa lampau dikenal sebagai Pulau Emas karena kaya akan deposit emas dan sumber daya alam, dan merupakan titik awal perdagangan di Asia Tenggara.
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Pulau Socotra, 5 Fakta Unik dan Klaim Terkait Dajjal
Pada abad keenam dan ketujuh, perdagangan maritim Asia mengalami peningkatan stabil, khususnya dalam ekspor komoditas Indonesia ke Cina, yang meningkatkan permintaan untuk ritual Buddhis.
Artefak yang ditemukan sejauh ini dijual kepada pedagang barang antik sebelum dapat diperiksa secara menyeluruh oleh para ahli. (Pad)