Ada catatan yang menyebut tentang Gunung Padang di naskah-naskah kuno, tetapi perlu diingat bahwa ini mungkin merujuk pada lokasi yang berbeda, karena kondisi lingkungan yang berbeda dari yang digambarkan dalam naskah-naskah tersebut.
Prabu Siliwangi, raja Pajajaran yang memerintah pada abad ke-15, juga diyakini pernah mendiami Gunung Padang untuk bersemedi.
Selama masa penjajahan Belanda, mereka menemukan situs ini dalam upaya mencari kandungan emas. Namun, pandangan mereka tentang situs ini hanya sebagai kuburan kuno.
BACA JUGA:Misteri Pasar Bubrah di Gunung Merapi: Keindahan dan Keangkeran di Balik Kemegahan
Kehidupan Gunung Padang Kemudian
Setelah kemerdekaan Indonesia, Gunung Padang kembali terlupakan dan ditutupi oleh alam.
Tumbuhan liar dan pohon-pohon menjulang tumbuh di atas situs ini, dan akar-akar pohon menelan menhir-menhir yang sebelumnya menjadi altar pemujaan.
Pada tahun 1979, tiga penduduk lokal menemukan kembali situs ini dan melaporkannya kepada pihak berwenang. Pada tahun 1980-an, arkeolog Indonesia mulai melakukan penelitian dan eskavasi di Gunung Padang.
BACA JUGA:Misteri Gunung Merapi: Berikut Legenda Asal Usul Gunung Merapi Menurut Kitab-kitab Kuno
Jejak Spiritual dan Pesan Tanda Akhir Zaman
Kisah unik terkait dengan Gunung Padang adalah ramalan dari seorang kakek kepada cucunya, Nanang Sukmana.
Kakek Nanang menyebut Gunung Padang dengan nama lama, Nagara Siang Padang, dan mengatakan bahwa ini adalah tempat tatanan atau rangkaian pencerahan di akhir zaman.
Pesan kakek kepada Nanang menjadi kenyataan ketika tempat-tempat yang ditunjuk oleh sang kakek menjadi nyata.
Yang lebih merinding lagi pesannya, kalau Gunung Padang sudah ramai dikunjungi banyak orang, kalau Gunung Padang sudah ramai, itu pertanda Kiamat sudah dekat.
Nah, tempat yang dulunya hutan belantara kini menjadi pasar dan tempat ramai dikunjungi. Meskipun ramalan tentang kiamat hanya Allah yang tahu, pesan tersebut menjadi bagian dari sejarah lisan Gunung Padang.