Sejarah Stasiun Semarang Poncol, Tonggak Perkeretaapian Swasta dan Peran Strategisnya Selama Perang Kemerdekaan
SEMARANG, RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Sejak tahun 1867, Kota Semarang telah menjadi basis utama perkembangan perkeretaapian swasta di Indonesia.
Dalam rentang waktu tersebut, tiga perusahaan angkutan berbasis rel - Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), Samarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), dan Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) - telah beroperasi di kota ini.
Menariknya, setiap perusahaan tersebut memiliki stasiun besar sendiri di Semarang, dan jalur kereta mereka tidak saling terhubung.
Salah satu stasiun penting yang berdiri di Semarang adalah Stasiun Semarang Poncol.
Stasiun ini dikelola oleh SCS dan resmi beroperasi sejak tanggal 6 Agustus 1914 dengan nama "Semarang West."
Stasiun ini menjadi pelengkap bagi Stasiun Semarang (Tawang) yang dimiliki oleh NISM serta Stasiun Jurnatan yang dimiliki oleh SJS.
Stasiun Semarang Poncol, yang terletak di arah Cirebon Prujakan, dibangun oleh SCS sebagai stasiun akhir kereta api dan menggantikan peran Stasiun Pendrian yang sebelumnya berfungsi sebagai stasiun trem uap.
Walaupun stasiun ini sudah dibuka sejak tahun 1914, baru pada tahun 1921 stasiun ini mulai melayani kereta api bersamaan dengan peresmian kereta api cepat SCS dengan rute Cirebon-Semarang.
Selama masa Perang Dunia II, Stasiun Semarang Poncol memegang peran yang semakin strategis.
Untuk memfasilitasi pergerakan militer Belanda di Jawa menjelang pecahnya Perang Dunia II, sebuah rel dipasang antara Stasiun Semarang Poncol dan Stasiun Tawang.
Tindakan ini memungkinkan terwujudnya hubungan kereta api antara Batavia dan Surabaya melalui pesisir utara Pulau Jawa.