BACA JUGA:BKKBN-TNI AL Gelar Kolaborasi Serentak Percepatan Penurunan Stunting di Daerah
Tak terasa jam sudah larut malam, acara pun harus berakhir, panitia dan tuan rumah sudah menyiapkan makanan ala kadarnya. Semua kembali pulang dengan membawa cerita seru yang sampai ke esokan harinya masi terbayang dan ter ngiang di ingatannya masing masing.
Tak heran kadang berlanjut sampai dipelaminan.
Acara itu terus dilakukan setiap ada warga yang melaksanakan pesta pernikahan nanun sayang seperti nya budaya itu mulai memudar, semoga budaya dan adat asli seperti ini terus dilestarikan sebagai taradisi unik, menarik yang tidak ada di tempat lain.
BACA JUGA:Kepala Sekolah di Ponorogo Pilu, Sekolah Berprestasi Dipimpinnya Tidak Ada Murid Baru
Yang hanya di ada Sumsel khusunya di Mura dan sebagian kabupaten lain seperti Muratara, Muba dan Banyu Asin. Nanun tadisinya tidak sama persis sesuai adat dan budaya masing-masing bahkan dengan sebutan yang mungkin juga berbeda.
Percaya atau tidak di suatu desa sebutannya dinamakan Maen Presiden acaranya sama persis dengan ningkuk an tadi.
Beberapa yang mungkin dapat kita petik dari cara ningkuk an ini seperti rasa tanggung jawab, kedisiplinan, mampu bersosialisasi, berkomunikasi, bekerjasama dan kekeluargaan.
Kemudian nilai budayanya solidaritas, gotong royong, rasa persahabatan, simpati sesama manusia karena terkadang juga ada yang mendapatkan jodoh ketika selesai mengikuti tradisi ini yang bermula dari perkenalan ketika acara berlangsung.
Yang terakhir yaitu nilai seni karena didalam tradisi Ningkuk terdapat sebuah permainan berupa pantun, bernyanyi, dan menari.
Ayo siapa yang dapat pasangan hidup dari perkenalan acara ningkukan. (***)