Menelisik Tradisi Pantauan, Budaya Suku Besemah di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam

Rabu 19-07-2023,11:44 WIB
Reporter : Reri Alfian
Editor : Adi Candra

BACA JUGA:Bukti Kota Saranjana Banyak Mitos yang Bikin Melongo dari Pesanan Alat Berat Hingga Pesanan Mobil Mewah

Menurutnya, jenis-jenis pantauan itu lebih pada bagian setiap acara-acara yang terjadi. Baik itu yang bersifat sukacita maupun duka cita.

“Pantauan Bunting, pantauan Idul Fitri, Idul Adha dan lain-lain. Ada juga pantauan ketika datangnya musibah kematian,” katanya.

Disaat salah satu warga meninggal, maka tetangga terdekat dan sanak saudara wajib membantu warga yang tertimpa musibah itu.

BACA JUGA:Kepala Sekolah di Ponorogo Pilu, Sekolah Berprestasi Dipimpinnya Tidak Ada Murid Baru

Caranya dengan menyiapkan makanan dan minuman untuk warga lain yang datang, atau membantu prosesi memandikan, menyolatkan hingga menguburkan mayit.

“Disaat salah satu warga tertimpa musibah, warga lain tak ingin memberatkannya. Warga lain dengan sukarela dan kesadaran tinggi yang akan menyambut para pelayat yang datang, termasuk menyiapkan minum ataupun makan,” katanya.

Karena, kata Juki, ketika ada warga yang meninggal, maka yang datang melayat bisa dari berbagai kampug. Apalagi jika yang meninggal orang yang memiliki pergaulan luas, dan memiliki teman banyak.

BACA JUGA:Antisipasi Iklim El Nino, Sumsel Diberi Tugas Tingkatkan Persediaan Beras

Saat itu, tawaran minum atau makan bisa kepada siapa saja yang datang. Walau tidak kenal sekalipun, atau bukanlah orang yang dikenali.

Rasa empati dan toleransi telah tertanam dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat disana.

Semboyan Setunggu Segantian yang terpampang pada tugu batas wilayah betul-betul dihayati dan dijalankan dengan suka hati.

BACA JUGA:117 PNS dan PPPK Kota Pagar Alam Dilantik, Ini Pesan Walikota

Sehingga budaya gotong royong tetap terjaga dan menjadi salah satu sifat yang tertanam, kendati mereka telah menjadi warga rantau. (Rer)

Kategori :