Menelisik Tradisi Pantauan, Budaya Suku Besemah di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam

Rabu 19-07-2023,11:44 WIB
Reporter : Reri Alfian
Editor : Adi Candra

RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Ketika Suku Besemah yang mayoritas bermukim di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam merantau, Tradisi Pantauan tetap jadi budaya di perantauan.

Namun, istilah pantauan hanya berlaku bagi mereka yang berasal dari dusun yang tersebar di kaki bukit barisan dan kaki Gunung Dempo ini.

Ternyata Tradisi Pantauan ini banyak jenisnya, tergantung pada situasi peristiwa yang terjadi. Namun dari sekian banyak, Pantauan Bunting menjadi tradisi yang paling popular.

BACA JUGA:Baru 10 Hari Menikah, Pengusaha di Sumsel Ditinggal Minggat Sang Istri

Tradisi Pantauan ini adalah salah satu tahapan dalam berbagai peristiwa baik itu acara perkawinan, kepulangan dari tanah rantau atau kedatangan tamu, perayaan Idul Fitri, Idul Adha hingga datangnya duka atau kematian.

Pantauan Bunting adalah satu jenis tradisi yang seolah wajib dijalani oleh pasangan pengantin baru, pasca mereka sah menjadi suami istri.

Sanak Saudara dan handai taulan akan mengantre meminta untuk disinggahi, sekedar untuk dinikmati hidangan yang mereka siapkan.

BACA JUGA:Dua Rumah Panggung di Saung Naga, Ludes Terbakar

Pada saat itulah, para pengiring muda-mudi yang mengantar, mereka yang biasa disebut Bujang Antat dan Gadis Antat yang mengatur jadwal untuk mendatangi para pengundang.

Jika dalam satu kampung di tempat dilangsungkan pernikahan terdapat puluhan kerabat, sebanyak itu pula rumah yang harus didatangi dan dicicipi hidangannya.

Karena, jika salah satu kerabat mengadakan pesta pernikahan, menjadi kewajiban sanak saudara lainnya untuk ikut memasak masakan yang lezat untuk disuguhkan.

BACA JUGA:BKKBN-TNI AL Gelar Kolaborasi Serentak Percepatan Penurunan Stunting di Daerah

Saat mendatangi rumah sanak kerabat itu, keakraban sanak saudara dimulai. Sang tuan rumah biasanya beramah tamah menanyakan tentang siapa pasangan dinikahi.

Terutama jika warga setempat menikah dengan pasangan hidup dari daerah lain, bahkan dari luar Sumatera.

“Kan banyak yang menikah dengan orang jawa, orang medan dan lainnya. Kalau nikah dengan tetangga atau warga tetangga kampung, biasanya hanya ditanya keturunan siapa. Atau, jika mereka sudah tahu, hanya ingin dicicipi saja hidangan yang disajikan,” ungkap salahsatu Warga Kota Pagar Alam, Juki.

Kategori :