Bioskop Zaman Kolonial, Dari Gambar Idoep Hingga Dominasi Pengusaha Tionghoa

Bioskop Zaman Kolonial, Dari Gambar Idoep Hingga Dominasi Pengusaha Tionghoa

Bioskop Zaman Kolonial, Dari Gambar Idoep Hingga Dominasi Pengusaha Tionghoa-ISTIMEWA-

Pada tahun 1903, sudah ada beberapa bioskop seperti Elite yang ditujukan untuk penonton kelas atas, Capitol dan Deca Park untuk penonton menengah, serta Rialto di Senen dan Tanah Abang yang populer di kalangan kelas menengah ke bawah.

Perkembangan Pesat Bioskop dan Pengaruh Pengusaha Tionghoa

BACA JUGA:Prince Jackson Ungkap Alasan Michael Jackson Menutupi Wajah Anak-Anaknya

BACA JUGA:Menjelajahi Keindahan dan Tantangan Gua Cokro di Gunungkidul

Memasuki tahun 1936, jumlah bioskop di Hindia Belanda mencapai 225, dengan 13 bioskop berada di Jakarta, 9 di Bandung, 14 di Surabaya, dan 6 di Yogyakarta. 

Pada masa ini, pengusaha Tionghoa mulai mengambil alih bisnis bioskop, menggantikan dominasi pengusaha Eropa. 

Para pengusaha Tionghoa melihat peluang bisnis yang besar dan menjadikan bioskop sebagai sarana menjamu pejabat Belanda, yang juga menjadi relasi penting dalam dunia usaha mereka. 

Tidak jarang mereka mengundang pejabat untuk menonton film-film eksklusif sambil memberikan upeti berupa makanan dan minuman.

BACA JUGA:Air Terjun Grojogan Sewu, Surga Tersembunyi di Tawangmangu

BACA JUGA:Simak Berikut Bali, Pulau Dewata yang Kaya akan Budaya dan Tradisi

Era Film Internasional

Sepanjang tahun 1920 hingga 1930, bioskop di Hindia Belanda didominasi oleh film-film dari Hollywood, Eropa, dan China. 

Bahkan pada tahun 1925, film-film terbaru dari Hollywood sudah dapat dinikmati di Hindia Belanda lebih cepat dibandingkan di Belanda sendiri. 

Film-film asal Amerika ini menjadi daya tarik utama di bioskop dan memperkenalkan masyarakat Hindia Belanda pada dunia sinematik yang lebih luas.

BACA JUGA:Mengulik Keindahan Tersembunyi Air Terjun Goa Raja di Balik Hutan Nusantara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: