Misteri di Balik Candi Pari: Persembahan atau Simbol Perlawanan?
Istimewa/internet--
Kemakmuran daerah tersebut menarik perhatian Majapahit yang kemudian menuntut upeti dalam jumlah besar.
Namun, Jaka Pandelegan menolak menyerahkan hasil pertanian kepada Majapahit karena merasa tidak berutang budi kepada kerajaan tersebut.
Ia memilih untuk menggunakan hasil pertanian demi kesejahteraan rakyatnya sendiri. Penolakan ini dipandang oleh Majapahit sebagai bentuk pembangkangan, sehingga pasukan Majapahit dikirim untuk menangkap Jaka Pandelegan.
Ketika pasukan tiba, Jaka Pandelegan melarikan diri dan muksa di tumpukan padi.
Tidak dapat menangkapnya, prajurit Majapahit lalu mengejar istrinya, Nyi Walang Angin, yang akhirnya menceburkan diri ke sebuah sumur dan juga menghilang.
Untuk mengenang jasa pasangan ini, dibangunlah Candi Pari di bekas tumpukan padi, sementara Candi Sumur didirikan di dekat sumur tempat Nyi Walang Angin menghilang.
BACA JUGA:Kane, Kapten Tim Tiga Singa yang Tak Pernah Puas
BACA JUGA:Ghana Gagal Menang, Senegal dan Maroko Raih Kemenangan Tipis di Kualifikasi AFCON
Meskipun kedua versi cerita tersebut saling bertentangan, keduanya menambah nilai sejarah dan mistis dari Candi Pari.
Apakah candi ini merupakan persembahan bagi seorang ratu atau simbol perlawanan terhadap penindasan, Candi Pari tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Dengan menggali dan mendokumentasikan cerita-cerita masa lampau ini, kita bisa memperkaya pemahaman tentang sejarah dan kebudayaan bangsa kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: