Data Inafis Polri Bocor dan Dijual di Darkweb Ungkap BSSN

Data Inafis Polri Bocor dan Dijual di Darkweb Ungkap BSSN

Ilustrasi. Foto: dok/ist.--

JAKARTA, RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Indonesia kembali dihadapkan pada masalah kebocoran data dan serangan siber.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengonfirmasi adanya kebocoran data lama dari Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) milik Polri.

Kebocoran ini menambah panjang daftar insiden siber yang terjadi di Indonesia, dengan salah satu yang terbaru adalah serangan ransomware pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya.

Kepala BSSN, Hinsa Siburian, menyatakan bahwa kebocoran data INAFIS ditemukan di dark web.

BACA JUGA:Lakukan Sosialisasi Program Pascasarjana UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu di KAKANWIL Kemenag Empat Lawang

BACA JUGA:Wisata Aladin: Destinasi Baru yang Mengesankan di Samarinda Seberang

Data yang bocor tersebut termasuk gambar sidik jari, email, dan aplikasi SpringBoot yang telah dikonfigurasi. Informasi ini pertama kali diunggah oleh akun @FalconFeedsio di media sosial pada 22 Juni.

Akun tersebut mengungkap bahwa data tersebut diunggah oleh pengguna BreachForums bernama MoonzHaxor.

Data ini kemudian dijual dengan harga US$1.000 atau sekitar Rp164 juta.

BACA JUGA:5 Destinasi Tempat Wisata Terbaru dan Terindah di Sumatera Utara yang Wajib Dikunjungi

BACA JUGA:Taman Nasional Gunung Leuser: Keajaiban Alam di Perbatasan Sumatera Utara dan Aceh

INAFIS memiliki peran penting dalam penegakan hukum di Indonesia, termasuk dalam pengumpulan barang bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP), identifikasi orang hilang, transaksi bank dan asuransi, hingga penerbitan dokumen identitas.

Kebocoran data dari sistem yang sangat vital ini mengindikasikan adanya celah keamanan yang serius.

Bersamaan dengan kebocoran data INAFIS, serangan ransomware menimpa Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya sejak 20 Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: