Kisah Menarik: Dokter Cantik dan Koin Kuno dari Teman Orang Bunian

Keistimewaan dokter cantik ini tak berhenti di situ, karena ia juga memiliki ilmu metafisika dan ilmu kebatinan yang dipelajari sejak kecil berkat sering melihat makhluk halus seperti orang bunian.

BACA JUGA:Serem dan Aneh! Ini Misteri Keangkeran Rumah Kentang Bandung, Kok Diangkat ke Layar Lebar?

Melalui Snack Vidio-nya, dokter cantik menunjukkan segepok uang kuno yang menjadi salah satu hasil dari melihat mahluk gaib. Ia memperlihatkan dengan bangga uang kuno miliknya kepada penonton.

Pada kesempatan lain, akun Snack Vidio#dr.Mea.Dy menyuguhkan momen ketika dokter cantik menunjukkan koin kuno lain yang didapatnya dari teman orang bunian.

Koin langka ini ia peroleh dari dalam tanah di kebun orang tuanya, yang ditunjukkan oleh teman dari dunia gaib itu sendiri.

BACA JUGA:Peran Perempuan Aceh dalam Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan

Dalam video ini, banyak orang yang turut bersemangat mencari koin kuno di lahan kebun milik orang tua dokter cantik.

Namun, meski banyak yang menggali, sayangnya tak seorang pun berhasil menemukannya, kecuali mereka yang dikaruniai petunjuk dari teman orang bunian.

Dokter cantik meyakini bahwa uang kuno yang ia pegang berasal dari zaman kerajaan dulu, bahkan dari era Hindia Belanda. Namun, tak semua orang bisa mendapatkannya, karena uang kuno ini diyakini dikuasai oleh orang bunian.

BACA JUGA:Menjelajahi Keindahan Wisata Alam Aceh yang Belum Terjamah

Tak sedikit orang yang mencoba mencari harta karun tersebut dengan berbagai cara, termasuk menggunakan metal detektor.

Namun, harta karun ini tidak akan ditemukan oleh mereka yang tamak atau ingin memperkaya diri sendiri.

Meski banyak yang ingin membeli koin kuno miliknya, dokter cantik menolak untuk menjualnya dengan alasan uangnya sudah banyak, sambil bercanda tentunya.

BACA JUGA:Miliki Banyak Misteri dan Penemuan, Peradaban Seperti Apakah di Pulau Kemaro Sumsel Zaman Dulu?

Menurut dokter cantik, untuk mendapatkan koin kuno ini, ia tidak mudah. Ia melakukan ritual-ritual tertentu, namun tak memaksa orang lain untuk percaya pada ceritanya. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda. (*)

Sumber: