Musim Hujan Ekonomi Sulit
TUNGGU : Pemilik bengkel Fahri Motor, sedang menunggu pelanggan di tengah lesunya kondisi ekonomi dampak dari musim hujan, Rabu (26/1/2023). Foto : Andika/REL--
EMPATLAWANG, RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pengusaha bengkel menengadah ke angkasa. Raut cemas terbersit di wajahnya.
"Sepertinya sudah mau hujan, waduh, sepi lagi bengkel kalo ujan lagi," gumam pria seorang pengusaha bengkel Fahri Motor yang bertempat di Jalan Lintas Tengah Sumatera (Jalintengsum) Talang Banyu, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang, Rabu (26/1/2023).
Ayah dari dua anak yang tinggal bersama istri itu memang sedang mengeluhkan musim penghujan tak begitu ramah terhadap penyedia jasa servis kendaraan bermotor seperti dirinya.
BACA JUGA:Bikin Haru, Ini Pengalaman Kisah Merintis Usaha Bengkel di Desa
Betapa tidak, tak banyak orang yang akan datang untuk memperbaiki kendaraan jika hari hujan dan cuaca dingin.
Lelaki yang biasa disapa Dayat tersebut menuturkan, pendapatannya di musim hujan turun drastis.
Dampak musim hujan ini pelanggan yang mendatangi bengkel sudah berkurang dan penghasilanpun jauh menurun.
"Waktu normal biasa perhari dapat Rp150 ribu lebih. Sekarang jauh menurun drastis hanya mendapat Rp70 ribu perhari," cerita Dayat kepada wartawan saat dibincangi di bengkelnya.
Pendapatan seperti itu di ungkapkanya untuk mencukupi keluarga di rumahpun kadang kurang.
BACA JUGA:Rekomendasi Bengkel Motor di Tebing Tinggi Empat Lawang
"Belum lagi harga sembako hampir semua naik. Untuk jajan anak dan keperluan sehari-hari kadang kurang," imbuhnya.
Sementara itu, kesulitan untuk melaksanakan aktifitas juga dirasakan seorang petani karet.
Abdul Karim misalnya, lelaki yang sudah nyaris berumur setengah abad ini, mengaku harus menggantungkan peralatan sadapnya di dinding rumah, karena tidak mungkin bisa menyadap karet saar hari hujan.
"Yang ada kalau kita paksakan, pohon karet bisa mati dan getah tak dapat, kalau hari hujan," ungkapnya.
Derita petani karet sambung dia, tidak cuma saat musim penghujan, dengan kondisi harga jual karet sangat rendah seperti saat ini, sangat menyakitkan bagi para petani karet seperti dirinya.
BACA JUGA:Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tahu Putar Otak Agar Tak Gulung Tikar
"Harga getah murah harga beras mahal. Pinginnya ingin beralih profesi tapi tidak mungkin, karena ini keahlian saya, cuma nyadap karet," imbuhnya.
Tidak ada harapan lain bagi masyatkarakat kecil seperti mereka. Baik Abdul Karim maupun Dayat, mereka berharap ada perbaikan ekonomi ke depan yang diambil pemerintah yang dapat mensejahterahkan masyarakat yang kurang beruntung seperti mereka (dik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: