RAKYATAEMPATLAWANG.DISWAY.ID – Fenomena manusia silver kembali menyita perhatian publik di Kota Lahat.
Dalam beberapa pekan terakhir, jumlah mereka yang beraksi di jalanan dan lampu merah, khususnya di bawah terik matahari, terus meningkat. Ironisnya, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak di bawah umur.
Kondisi ekonomi yang sulit dan minimnya lapangan pekerjaan menjadi alasan utama munculnya fenomena ini.
Masyarakat yang kesulitan mencari nafkah akhirnya mengambil jalan pintas dengan mengecat tubuh mereka menjadi "manusia silver" atau menjadi badut jalanan demi mendapatkan penghasilan harian.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Lahat, Hj. Nurlela S.Ag, menyoroti situasi ini sebagai bentuk eksploitasi anak yang melanggar hukum.
BACA JUGA:Fauzan dan Warga Empat Lawang Shalat Idul Adha Bersama di Lapangan Kantor Bupati
BACA JUGA:Cek Kesehatan Gratis di Rejang Lebong: Dari Bayi hingga Lansia
“Tidak bisa hanya dilihat dari segi ekonomi. Manusia silver dan badut yang masih anak-anak tidak boleh dieksploitasi demi mencari uang,” ujarnya.
Nurlela mengungkapkan bahwa perlu adanya sinergi antara instansi terkait, seperti Satpol PP, Dinas Sosial, dan DP3A untuk melakukan pendataan dan pembinaan terhadap para manusia silver.
Ia menambahkan, tidak semua dari mereka adalah warga Kabupaten Lahat.
“Sebagian besar bukan berasal dari Lahat. Bahkan ada anak-anak yang sengaja menjadi manusia silver untuk menambah uang jajan,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa pembinaan kepada orang tua sangat diperlukan agar anak-anak tidak lagi dijadikan sebagai alat mencari uang, mengingat hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.
BACA JUGA:Pristiwa Tragis, Pelajar 13 Tahun Dibacok di Empat Lawang
BACA JUGA:Pemkab Muba Komitmen Kendalikan Inflasi dan Dongkrak Ekonomi Lewat Pelantikan Ribuan ASN
Permasalahan sosial ini, menurut Nurlela, tidak terlepas dari tingkat kemiskinan yang tinggi serta keinginan masyarakat untuk mendapatkan uang secara instan.