Namun, dokumen yang bocor mengindikasikan bahwa fitur pembatasan waktu layar yang disediakan TikTok ternyata tidak efektif.
BACA JUGA:Ketangguhan Luar Biasa iPhone 15 Pro Max, Ulasan Pengguna yang Mengejutkan
BACA JUGA:Motorola Kembangkan Ponsel Lipat dengan Teknologi Baru, Sensor Canggih dan Logam yang Berubah Bentuk
Hal ini memicu tuduhan dari pengacara penggugat dalam gugatan class-action, yang menyatakan bahwa perusahaan teknologi secara sengaja merancang produk untuk memanfaatkan pengguna muda.
Pengacara Jayne Conroy menuduh perusahaan-perusahaan tersebut lebih mementingkan keterlibatan pengguna dan keuntungan daripada kesehatan mental anak-anak.
Pernyataan ini didukung oleh Adam Wandt, profesor dari John Jay College of Criminal Justice, yang menyebut algoritma TikTok sebagai salah satu pengaruh paling berbahaya bagi anak-anak saat ini.
Mengapa Ini Penting? Pengungkapan ini diprediksi akan memicu pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap platform media sosial, terutama yang populer di kalangan pengguna muda.
BACA JUGA:LG Berpotensi Kembali ke Industri Smartphone dengan Teknologi Layar Gulung
BACA JUGA:Qualcomm Siapkan Chipset Terbaru
Dampaknya bisa meluas, tidak hanya pada TikTok, tetapi juga industri teknologi secara keseluruhan.
Selain itu, kasus ini menyoroti tanggung jawab etis perusahaan teknologi dalam mendesain produk yang mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan pengguna. **