RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Samsung Electronics kembali menghadapi tantangan besar di sektor foundry mereka.
Laporan terbaru dari Samsung Securities yang diterbitkan pada bulan Juli mengungkapkan bahwa raksasa teknologi asal Korea Selatan ini tengah mempertimbangkan untuk memisahkan bisnis foundry mereka setelah mengalami serangkaian kemunduran, terutama pada proses 3nm GAA (Gate-All-Around).
Meski berusaha keras untuk mengejar Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), Samsung tetap tertinggal jauh dalam pangsa pasar foundry global.
Saat ini, Samsung hanya menguasai 11,5 persen pangsa pasar foundry, sementara TSMC memimpin dengan pangsa sebesar 62,3 persen.
BACA JUGA:OpenAI Luncurkan SearchGPT, Tantang Dominasi Google di Pasar Mesin Pencari
BACA JUGA:Google Luncurkan Fitur Auto-Podcasting di NotebookLM, Ringkas Video YouTube Otomatis
Kegagalan Samsung dalam mengembangkan proses 3nm GAA dengan tingkat hasil yang stabil membuat pelanggan berpaling ke TSMC.
Bahkan, Qualcomm, yang sebelumnya bermitra dengan Samsung, kini memberikan pesanan eksklusif kepada TSMC untuk chipset Snapdragon 8 Gen 3 dan kemungkinan besar Snapdragon 8 Gen 4 yang akan datang.
Salah satu masalah utama yang dihadapi Samsung adalah rendahnya tingkat hasil dari proses 3nm GAA mereka.
Estimasi awal menunjukkan bahwa tingkat hasil hanya mencapai sekitar 20 persen, jauh di bawah angka yang diperlukan untuk memproduksi secara massal.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A16 Segera Hadir, Bocoran Warna dan Spesifikasi Ungkap Kesiapan Peluncuran
BACA JUGA:Apple Masih Uji Prototipe iPhone Flip, Akan Saingi Samsung di Masa Depan!
Akibatnya, Samsung kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pesanan dari beberapa klien besar, termasuk Qualcomm, yang memilih TSMC untuk memproduksi chip kelas atas mereka.
Kegagalan Samsung dalam teknologi 3nm GAA ini berdampak signifikan pada bisnis non-memori perusahaan, termasuk sektor foundry dan LSI (Large Scale Integration).
Industri sekuritas memprediksi bahwa kerugian dari sektor ini bisa mencapai 500 miliar won atau sekitar 385 juta dolar AS.