RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Arya Dwipangga dikenal sebagai seorang sastrawan yang piawai merangkai syair-syair indah, yang mampu menggetarkan hati siapa pun yang membacanya.
Namun, di balik kemampuannya itu, tersembunyi niat licik yang membuat kisah hidupnya menjadi tragedi yang penuh dengan darah dan dendam.
Syair-syair Dwipangga awalnya didedikasikan untuk Nari Ratih, kekasih adiknya sendiri, Arya Kamandanu.
Dengan bait-bait asmara yang penuh gairah, Dwipangga berhasil memikat hati Nari Ratih, membuat wanita tersebut berpaling dari Kamandanu.
Namun, cinta yang ia dapatkan ternyata rapuh dan penuh kebohongan.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Pulau Cipir: Bekas Rumah Sakit Haji Zaman Belanda
BACA JUGA:Kampung Dandang Lubuklinggau, Kini Mulai Memudar
Nari Ratih, setelah menyadari niat licik Dwipangga, memutuskan untuk meninggalkannya, membuat Arya Dwipangga tenggelam dalam penderitaan dan patah hati.
Sejarah ditinggalkan oleh Nari Ratih, Arya Dwipangga mulai menulis syair-syair yang penuh dengan kemarahan dan rasa sakit.
Syair-syair ini mencerminkan kegelapan hatinya yang dikhianati oleh cinta. Salah satu syair yang terkenal berbunyi:
Oh betara,
Sudah sulit ku bedakan hidup dan siksa
Setiap nafas dan langkah ku raja derita
Oh betara,
Buka matamu dan saksikan deritaku