RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pernikahan adat Jawa dan Cirebon memiliki sejumlah tradisi unik yang penuh makna filosofis.
Salah satu tradisi yang paling dikenal dalam pernikahan adat Jawa adalah Dhahar Klimah, prosesi simbolis yang dilakukan setelah acara kecar-kecur.
Pada prosesi ini, kedua mempelai akan saling menyuapi satu sama lain dengan nasi kuning yang ditemani lauk-pauk.
Tradisi suap-suapan ini melambangkan kebersamaan dan saling memberi dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
BACA JUGA:Tradisi Ngaliwet, Melestarikan Budaya Sunda yang Sarat Makna
BACA JUGA:Tradisi Mengikat Kaki di China, Penderitaan Ribuan Wanita Selama Berabad-abad
Setelah itu, pasangan pengantin juga akan saling memberi minum dari cangkir atau gelas yang sama, sebagai tanda kebersamaan dalam suka dan duka.
Selain itu, dalam adat pernikahan Cirebon terdapat tradisi Pabetot-Betot Ayam Bakakak.
Pada prosesi ini, sepasang pengantin akan memegang satu ekor ayam panggang utuh, kemudian menariknya ke arah masing-masing.
Siapa pun yang mendapatkan bagian ayam yang lebih besar dipercaya akan memperoleh rejeki yang lebih besar pula.
BACA JUGA:Tradisi Sati, Lambang Kesalehan dan Kepemilikan dalam Budaya Hindu
BACA JUGA:Harakiri, Tradisi Kuno Samurai Jepang yang Menggambarkan Kesetiaan
Setelah bagian ayam tersebut diperoleh, kedua pengantin akan menggigitnya bersama-sama, yang melambangkan bahwa rejeki tersebut akan dinikmati bersama dalam rumah tangga mereka.
Tradisi ini bukan hanya sekadar simbolis, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Jawa dan Cirebon yang menekankan pada kebersamaan, kerja keras, dan keberkahan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Setiap detail dalam upacara tersebut penuh dengan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan pernikahan adat ini tetap bertahan dan dilestarikan hingga kini. **