3. Sanggah Pamerajan Panti
Dimiliki oleh kelompok masyarakat dalam satu desa yang terdiri dari beberapa dadia. Sanggah ini lebih besar dan memiliki bangunan meru atau gedong palinggih Bhatara Kawitan.
BACA JUGA:Misteri di Balik Candi Pari: Persembahan atau Simbol Perlawanan?
BACA JUGA:Kompany dan Muller Picu Momen Lucu di Laga Debut Bundesliga
Di dalam sanggah pamerajan, terdapat beberapa bangunan palinggih yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Beberapa palinggih yang umum ditemukan antara lain:
- Padmasana/Padmasari: Tempat pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi sebagai Sang Hyang Tri Purusha.
- kemulan Rong Tiga: Tempat pemujaan kepada Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa).
- Sapta Petala: Tempat pemujaan kepada Sang Hyang Pertiwi yang melambangkan tujuh lapisan bumi.
- Taksu: Tempat pemujaan kepada Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan.
- Limascari dan Limascatu: Tempat pemujaan kepada Ardanareswari, simbol keseimbangan Purusa dan Pradana.
- Pangrurah: Tempat pemujaan kepada Bhatara Kala, dewa pengatur kehidupan dan waktu.
- Manjangan Saluwang: Tempat penghormatan kepada Mpu Kuturan.
- Raja Dewata: Tempat pemujaan kepada roh leluhur.
BACA JUGA:Tandon Air Peninggalan Belanda di Desa Pamotan: Saksi Bisu Sejarah Kereta Api Malang
BACA JUGA:Pelantikan 30 Anggota DPRD Lubuklinggau Dijadwalkan 30 September 2024
Dengan memahami fungsi dan komponen dari sanggah dan merajan, kita dapat melihat bahwa perbedaan keduanya lebih berdasarkan interpretasi sosial daripada perbedaan esensial.