Meskipun lahir sebagai bagian dari keluarga Majapahit, Raden Patah kemudian mendirikan Kesultanan Demak, yang dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa.
BACA JUGA:Mengungkap Keindahan Tersembunyi di Lembah Bekaa, Tempat Bersejarah dengan Pesona Alam yang Memukau
BACA JUGA:Fakta Sejarah Harta Karun Majapahit: Mitos atau Realita?
Kesultanan Demak didirikan pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, setelah keruntuhan Majapahit.
Sebagai seorang pemimpin, Raden Patah dikenal cakap dan berhasil memanfaatkan situasi politik saat itu untuk memperkuat kedudukan Islam di Jawa.
Meski Raden Patah adalah putra dari Prabu Brawijaya V, ia memiliki pandangan yang berbeda dalam hal agama dan pemerintahan.
Prabu Brawijaya V dikenal berusaha mempertahankan keyakinan Hindu-Buddha Majapahit, sedangkan Raden Patah mengukuhkan Islam sebagai agama resmi Kesultanan Demak.
BACA JUGA:Raja Thailand Lantik Perdana Menteri Termuda dalam Sejarah
BACA JUGA:Kisah Dua Tokoh yang Berbeda dalam Sejarah Kuningan dan Cirebon Arya Kuningan dan Arya Kemuning
Hal ini menandai peralihan besar dalam sejarah Nusantara dari kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha ke kerajaan-kerajaan Islam.
Dengan demikian, Raden Patah tidak hanya berperan sebagai pendiri Kesultanan Demak, tetapi juga sebagai tokoh penting dalam transisi budaya dan agama di Jawa.
Sejarah Raden Patah dan Prabu Brawijaya V mencerminkan kompleksitas masa transisi di Nusantara.
Larangan mendaki Gunung Lawu yang dikeluarkan oleh Prabu Brawijaya V masih menjadi bagian dari cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA:Sejarah Ini Ubah Persepsi Kita Tentang Waktu, Yuk Simak Ceritanya!
Sementara itu, Raden Patah dengan Kesultanan Demak-nya mengukir sejarah baru di Jawa dengan membawa pengaruh Islam yang semakin kuat.