RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Tan Malaka, atau yang memiliki nama lengkap Sutan Ibrahim, adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Meskipun kontribusinya sangat signifikan, sosok Tan Malaka sering kali kurang dikenal oleh masyarakat luas.
Padahal, namanya sudah sangat melegenda, bahkan kisah hidupnya menarik perhatian seorang sejarawan Belanda, Harry Albert Poeze, yang meneliti perjalanan hidup Tan Malaka selama puluhan tahun.
Kehidupan Nomaden dan Kiprah di Internasional.
BACA JUGA:Dana Korupsi PNPM-MP Dibangunkan Rumah Pribadi
BACA JUGA:Sejarah Presiden Pertama Bung Karno: Pejuang Kemerdekaan dan Arsitek Pancasila
Selama hidupnya, Tan Malaka menjalani kehidupan nomaden, berpindah dari satu negara ke negara lain, termasuk Rusia.
Di negara ini, Tan Malaka menjadi anggota Comintern atau Komunis Internasional, sebuah organisasi yang mempertemukan para komunis dari seluruh dunia.
Pemikirannya yang revolusioner dan visioner menjadi salah satu fondasi penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu karya terbesarnya, "Madilog," menjadi bukti dari pemikirannya yang mendalam mengenai logika, materialisme, dan dialektika, yang kemudian menjadi dasar filosofi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:Hj Lidyawati Cik Ujang Resmi Mengundurkan Diri
BACA JUGA:Sumsel Bakal Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan, Catat Tanggal Mulainya!
Peran dalam Peristiwa 3 Juli 1946 dan Persatuan Perjuangan.
Tan Malaka dikenal sebagai otak di balik Peristiwa 3 Juli 1946, sebuah upaya yang dilakukan untuk menentang hasil perundingan antara Indonesia dan Belanda pada masa revolusi.
Ia menuntut agar Republik Indonesia harus merdeka 100 persen tanpa syarat.