RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Pada abad ke-15, Jepang dan Majapahit di Nusantara berada dalam konteks sejarah yang berbeda namun sama-sama penting dalam perkembangan wilayah mereka masing-masing.
Meskipun terpisah oleh jarak geografis yang luas, keduanya mengalami masa-masa perubahan besar yang memengaruhi sejarah di kawasan Asia.
Jepang pada abad ke-15 berada dalam periode Sengoku, masa penuh kekacauan yang dimulai dengan Perang Onin pada tahun 1467.
Sengoku, yang secara harfiah berarti "negara yang berperang," ditandai oleh perpecahan politik di mana daimyo (penguasa lokal) bersaing untuk memperoleh kekuasaan.
BACA JUGA:Pengubahan Makam Leluhur: Fakta dan Kontroversi, Makam Leluhur Pra-Islam di Tatar Sunda
BACA JUGA:Benteng Pendem Cilacap: Peninggalan Sejarah yang Menawan Wisatawan
Akibatnya, Jepang mengalami ketidakstabilan yang meluas, dengan Ashikaga Shogunate kehilangan kontrol atas negara dan kekuasaannya melemah.
Selama periode ini, Portugis mulai berinteraksi dengan Jepang pada pertengahan abad ke-15, memperkenalkan senjata api dan barang-barang perdagangan baru.
Hal ini berdampak besar pada militer dan ekonomi Jepang, membuka jalan bagi pertukaran budaya dan perdagangan internasional yang lebih luas.
Pada akhir abad ke-15, beberapa daimyo seperti Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi mulai memperkuat wilayah mereka, melakukan reformasi, dan menyatukan Jepang, mengakhiri periode Sengoku dan mempersiapkan jalan bagi era baru dalam sejarah Jepang.
BACA JUGA:Ingin Tau Silsilah Trah Sunan Kalijaga Simak Disini
BACA JUGA:Sejarah Desa Cupang, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Asal Usul Nama Cupang
Di sisi lain, Majapahit, yang berpusat di Nusantara, mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-15.
Kerajaan ini menguasai sebagian besar Asia Tenggara, dengan prestasi politik dan kebudayaan yang luar biasa.
Majapahit dikenal dengan kebijakan luar negerinya yang kuat, serta perdagangan internasional yang berkembang pesat.