Pandawa kalah dalam permainan itu, sehingga mereka harus menerima hukuman pengasingan selama 12 tahun di Hutan Kamiyaka.
Namun, ketika masa pengasingan selesai, Kurawa menolak untuk mengembalikan hak-hak mereka.
BACA JUGA:Pertempuran Alamo: Kisah Keberanian dan Pengorbanan
BACA JUGA:Pertempuran Islandwana, Kekalahan Mengejutkan Inggris di Tangan Kerajaan Zulu
Meski Yudhistira hanya meminta lima desa kecil sebagai hak mereka, Kurawa tetap tidak sudi memberikan sejengkal tanah pun.
Akhirnya, perang Baratayuda menjadi tak terelakkan, dan meletuslah pertempuran besar di Padang Kurukshetra.
Perang Baratayuda berlangsung sangat sengit. Selama 18 hari, berbagai kesatria dari kedua kubu bertarung habis-habisan di medan perang.
Banyak tokoh penting dari kedua belah pihak yang gugur dalam pertempuran ini.
Akhir dari perang ini hanya menyisakan sepuluh kesatria yang masih hidup, yaitu lima Pandawa, Yuyutsu, Kripa, Setyaki, Kritawarma, dan Aswatama.
Pada akhirnya, perang ini dimenangkan oleh Pandawa.
BACA JUGA:Jejak 500 Tahun Islam di Papua: Dari Raja Ampat Hingga Sultan Papua
BACA JUGA:Sejarah Benteng Willem II atau Benteng Pendem Cilacap: Ditemukan dalam Kondisi Tertimbun Tanah
Yudhistira, sebagai kakak tertua Pandawa, dinobatkan sebagai Raja Hastinapura setelah perang usai.
Meski menang, perang Baratayuda meninggalkan bekas luka yang dalam, baik secara fisik maupun emosional bagi para pelakunya.
Sejarah perang Baratayuda adalah cerita panjang tentang konflik, pengkhianatan, dan kekuasaan.
Meski kisahnya penuh dengan drama dan tragedi, perang ini dianggap sebagai simbol pertempuran abadi antara kebaikan dan kejahatan.