Orang tua Siti Nurbaya tidak mampu membayar hutang kepada Datuk Maringgih, sehingga pernikahan tersebut menghapuskan hutang-piutang di antara mereka.
BACA JUGA:Makam Kuno Madura: Cikal Bakal Kerajaan Sampang
BACA JUGA:Sejarah Pertempuran di Singosari: Peran Bendera Merah Putih
Namun, masalah muncul setelah kematian orang tua Siti Nurbaya.
Ia melarikan diri ke Batavia untuk mencari Samsul Bahri. Keduanya kemudian menjalin cinta dalam perantauan.
Mendapati istrinya melarikan diri, Datuk Maringgih melaporkan kejadian ini kepada polisi Belanda dengan tuduhan bahwa Siti Nurbaya membawa lari harta bendanya dan hidup bersama Samsul Bahri.
Siti Nurbaya akhirnya ditangkap dan dibawa kembali ke Minang. Marah dan kecewa, Datuk Maringgih meracuninya hingga meninggal.
Setelah kematian Siti Nurbaya, Samsul Bahri menjadi tidak waras dan berusaha bunuh diri, namun gagal.
Ia melampiaskan amarahnya dengan bergabung dalam satuan tentara Belanda dan terlibat dalam setiap pertempuran, berharap mati di medan perang.
BACA JUGA:Menyusuri Wisata Vulkanik: Sensasi Petualangan di Dekat Gunung Berapi Aktif, Berani Coba?
BACA JUGA:American Airlines Lakukan Perawatan Pesawat Lebih Awal
Samsul Bahri berubah menjadi tentara yang tidak takut mati dan sangat kejam.
Namun, bukannya mati, ia malah diangkat menjadi Kapten karena keberhasilannya menumpas para pejuang.
Di sisi lain, Datuk Maringgih yang marah terhadap tindakan kesewenang-wenangan Belanda kemudian menjadi panglima perang para pejuang Minang.
Dalam suatu pertempuran, Datuk Maringgih dan Samsul Bahri akhirnya bertemu dan saling berhadapan. Keduanya bertarung sengit hingga saling membunuh.
BACA JUGA:Arkeolog Gali Kota Bersejarah Berusia 25,000 Tahun, Lengkap dengan 11,000 Tulang di Dalamnya