BACA JUGA:Pangeran Muhammad Noor, Pahlawan Nasional dari Kalimantan
Putra Ki Ageng Selo juga berjumlah tujuh orang, salah satunya adalah Kyai Ageng Enis yang kemudian memiliki anak bernama Kyai Ageng Pamanahan.
Ki Pamanahan menikah dengan putri sulung Kyai Ageng Saba dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya, pendiri kerajaan Mataram yang menggantikan Pajang.
Kisah menangkap petir ini terjadi pada masa Sultan Demak Trenggana masih hidup.
Pada suatu sore yang mendung, Ki Ageng Selo sedang mencangkul sawah.
Hujan lebat turun disertai petir yang menyambar-nyambar. Petani lain berlarian pulang karena ketakutan, namun Ki Ageng Selo tetap mencangkul.
BACA JUGA:Kisah Sultan Agung Taklukkan Blambangan Wilayah di Ujung Timur Jawa
BACA JUGA:Cerita Kerajaan Kesultanan Demak: Konon Yang Menjadi Pusat Penyebaran Islam di Pulau Jawa
Ketika petir menyambar cangkul di tangan Ki Ageng Selo, ia tetap berdiri tegar dan berhasil menangkap petir tersebut.
Petir itu dimasukkan ke dalam batu sebesar genggaman tangan orang dewasa dan diserahkan kepada Kanjeng Sunan di Kerajaan Istana Demak.
Kanjeng Sunan Demak sangat kagum terhadap kesaktian Ki Ageng Selo dan memberi arahan agar petir tersebut tidak diberi air.
Namun, suatu hari seorang wanita penyusup datang dengan membawa bathok (tempat air dari tempurung kelapa) dan menyiram batu petir itu dengan air.
Akibatnya, gedung istana tempat menyimpan batu tersebut hancur luluh lantak oleh ledakan petir.
BACA JUGA:Masa Puncak Kejayaan Kesultanan Aceh di Bawah Sultan Iskandar Muda
BACA JUGA:Cerita Kesultanan Aceh: Kekuasaan, Perdagangan, dan Penyebaran Islam di Asia Tenggara
Kanjeng Sunan Demak menyatakan bahwa wanita tersebut adalah "petir wanita", pasangan dari petir "lelaki" yang berhasil ditangkap Ki Ageng Selo.